Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selamat Jalan Le, Teruslah Terbang Setinggi Yang Kau Mau"

Kompas.com - 03/07/2017, 15:59 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Upacara militer oleh puluhan personel gabungan TNI dan Polri mengiringi jenazah Mayor Laut Anumerta Haryanto (32) menuju tempat peristirahatan terakhirnya, Senin (3/7/2017) siang, sekitar pukul 13.15 WIB.

Seperti halnya pemakaman militer pada umumnya, gerakan hormat senjata turut serta melepas peti jenazah berbalut bendera merah putih itu hingga ke liang lahat di TPU Desa Pulorejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Isak tangis keluarga cukup nyaring terdengar saat itu. Bahkan beberapa rekan korban terlihat tak kuasa meneteskan air mata. Mereka tak menyangka almarhum yang dikenal baik serta rajin shalat itu begitu cepat pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.

Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Semarang, Lantamal V, Kolonel Laut (P) Hanarko Djodi Pamungkas, memimpin upacara pemakaman ala militer tersebut.

(Baca juga: Pilot Helikopter Basarnas yang Jatuh Dikenal Baik dan Rajin Shalat)

 

Paman korban, Harmo menjelaskan, semasa kecil hingga remaja, Haryanto hidup dalam kesederhanaan di lingkungan keluarga petani. Seusai menamatkan studinya di SMAN 1 Purwodadi, Haryanto sempat bekerja sebagai buruh di pabrik semen di Gresik, Jatim.

"Haryanto rajin shalat dan ngaji. Ia tak pernah merepotkan orangtua. Sama siapa saja ia baik dan sopan. Kami berusaha ikhlas," tangis Harmo kepada KOMPAS.com.

Tak berselang lama, Haryanto yang telah hijrah ke Gresik itu tiba-tiba saja membawa kabar yang sangat mengejutkan kepada keluarganya di kampung.

"Haryanto mendadak kirim kabar kalau ia telah diterima menjadi tentara di Akademi Angkatan Laut. Kami kaget dan disuruh menyusul. Kabar ini sontak membuat kami bangga karena memang dia tak pernah izin keluarga. Setahu kami ia hanya buruh di pabrik," jelas Harmo.

(Baca juga: Detik-detik Terakhir Helikopter Basarnas, Warga Lihat Penumpang Lambaikan Tangan)

 

Kabar mengejutkan pun datang lagi. Keluarga sangat syok begitu mendengar kabar Haryanto telah tiada. Sosok suri tauladan bagi mereka itu kini sudah tak bisa lagi bersua.

"Libur lebaran kemarin sempat pulang tiga hari. Selamat jalan le, teruslah terbang setinggi yang kamu mau. Allah menyayangimu le," pungkas Harmo.

Haryanto, pilot helikopter Basarnas yang jatuh di Bukit Muntung, Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (2/7/2017), berasal dari Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Anggota Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL itu menghabiskan masa kecil hingga remaja di Dusun Pelemwulung, Desa Pulorejo, bersama kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai petani.

(Baca juga: Empat Korban Kecelakaan Helikopter Basarnas Naik Pangkat)

Haryanto adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan Sali dan Marmi. Dia adalah alumni SMAN 1 Purwodadi serta lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya. Kini ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang putra.

Senin (3/7/2017), satu per satu pelayat berdatangan ke rumah duka. Sejumlah karangan bunga, khususnya dari jajaran TNI, terpampang di kawasan rumah duka.

Oleh rekan-rekan kerjanya di Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL, Haryanto disebut-sebut memiliki kemampuan terbang yang cakap, mumpuni, dan profesional.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com