Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Ziarah Kubur dan Pasar Dadakan di Pangkalan Bun

Kompas.com - 26/06/2017, 08:32 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Ribuan orang berziarah di Sekip, kompleks pemakaman umum terbesar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (26/6/2017) pagi.

Mengunjungi makam sanak famili di Hari Lebaran memang sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat, termasuk di kota yang dahulunya menjadi ibu kota pemerintahan Kerajaan Kotawaringin ini.

Namun, pada hari kedua Lebaran, suasana malah menjadi semarak dengan kehadiran para pedagang dadakan.

"Hari pertama Lebaran, sudah banyak masyarakat yang berkunjung. Tapi hari kedua ramai lagi karena banyak pedagang," kata Solehudin, pedagang kembang segar.

Memang suasana hening lazimnya pada tiap ziarah kubur jadi agak berbeda tiap kali ziarah di Lebaran hari kedua.

Ratusan pedagang menggelar lapak di tepi jalan, hingga ke blok-blok kompleks makam. Mereka bukan hanya pedagang kembang. Ada pedagang sayur, daging, hingga masakan siap santap.

(Baca juga:Kisah Mbah Ponco Sutiyem, Nenek 95 Tahun yang Jadi Nomine Aktris Terbaik Film ASEAN)

Suasana ini membuat arus lalu lintas dan akses jalan ke makam pun menjadi agak terhambat. Kendaraan berebut tempat parkir hingga ke gang-gang di tiap blok pemakaman.

Angkot yang biasanya sepi penumpang, kali ini seperti keruntuhan rezeki. Polisi pun turut dibikin sibuk. Inilah satu-satunya momen ziarah makam yang harus dijaga polisi lalu lintas.

Solehudin punya cerita. Pria paruh baya ini mengklaim termasuk yang mengawali munculnya pedagang saat hari-hari ramai orang berziarah di Sekip.

"Saya jualan kembang sejak masih SMA, tahun 1985," kata dia.

Menurut dia, masyarakat asli Pangkalan Bun memang sejak dahulu suka berziarah. Ternyata kebiasaan ini juga banyak dilakukan warga keturunan pendatang lainnya.

"Orang Melayu, pribumi sini dari dulu suka ziarah. Tapi saya yang dulu jualan kembang setaman di sini. Orang-orang suka karena mungkin merasa terbantu. Lama-lama makin ramai. Baguslah, di sini jadi tempat silaturahmi seluruh warga," kata pria keturunan Madura ini.

Namun, saat ini, baik pedagang maupun peziarah berasal dari latar belakang kelompok yang beragam. Ziarah kubur dilakukan sebagai penghormatan terhadap para leluhur.

Para pengunjung tampak membersihkan area makam, di samping juga mengirimkan doa bagi leluhurnya. Alunan Surah Yasin, lamat-lamat terdengar dari tiap makam yang diziarahi.

"Saya ke sini, menziarahi makam orangtua dan mertua," tutur Hasan Basri, pria setengah baya, warga asli Pangkalan Bun.

Penghormatan terhadap leluhur ini juga seperti 'diformalkan' oleh pemerintah daerah. Sejak 2009, makam para leluhur pendiri Kabupaten Kotawaringin Barat dikelompokkan pada area khusus di kompleks pemakaman Sekip.

Area khusus ini memiliki luas lebih dari 500 meter persegi. Ada sepuluh makam di dalamnya.

Namun, melestarikan tradisi sepertinya hanya milik masyarakat. Saat ribuan makam umum menjadi bersih dan ramai pengunjung, area khusus yang dibangun pemerintah daerah itu sepi dan rumput liar tumbuh di balik paving block area makam itu.

 

 

Kompas TV Djarot Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com