Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin "Selfie" di Ikon Gunungkidul, Jangan Parkir Sembarangan

Kompas.com - 23/06/2017, 12:59 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Polres Gunungkidul Yogyakarta mengimbau pemudik atau wisatawan untuk tidak berhenti di bahu Jalan Yogyakarta-Wonosari yang selama ini menjadi favorit wisatawan untuk melakukan selfie atau swafoto di ikon tulisan "Gunungkidul Handayani".

"Kami mengimbau pemudik agar tidak berhenti di bahu jalan sekitar tulisan Gunungkidul Handayani karena di sana sering ditemui pengendara berhenti hanya untuk ber-selfie," kata Kasatlantas Polres Gunungkidul AKP Samiyono saat dihubungi, Jumat (23/6/2017).

Imbauan ini diberikan karena menjelang hari raya dan setelahnya, jalur tersebut biasa mengalami kepadatan arus lalu lintas. Pemudik yang akan singgah bisa memanfaatkan parkir yang ada meski tak terlalu luas bisa digunakan untuk beberapa kendaraan.

Akan ada personel yang bertugas melakukan pemantauan karena di sekitar tanjakan Slumprit ada petugas yang berjaga pos penjagaan, baik dari kepolisian maupun Dinas Perhubungan.

"Nanti jika ada yang mengingatkan agar pengendara tidak berhenti atau sekedar menurunkan kecepatan di sana," ucapnya.

(Baca juga: Mengintip Fasilitas Pendidikan untuk Penghuni Lapas Anak di Gunungkidul)

Samiyono mengatakan, untuk mengantisipasi kepadatan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polres Bantul karena lokasi berbatasan dengan Bantul. Petugas selain mencegah kemacetan juga kecelakaan.

"Jika terjadi kemacetan karena banyaknya pengunjung di Bukit Bintang, petugas kami akan bergabung mengatur lalu lintas di sana," ungkapnya.

Sementara itu, dari pantauan Kompas.com, jalur Yogyakarta-Wonosari ramai lancar. Di pusat Kota Wonosari, kepadatan terjadi di sekitar pasar Argosari karena banyaknya kendaraan yang parkir di sekitar lokasi menyebabkan jalan menyempit.

 

 

Kompas TV Pemberdayaan masyarakat pedesaan bisa dilakukan melalui beragam cara. Di gunung kidul yogyakarta, warga desa ngeposari memanfaatkan eceng gondok, menjadi karya bernilai ekonomis. Hasilnya, karya ini kini sudah menjadi salah satu komoditas ekspor andalan. Eceng gondok, selama ini dikenal sebagai gulma atau pengganggu tanaman air, yang hidup di atas rawa atau danau. Namun di tangan warga desa negeposari semanu gunungkidul, gulma ini disulap menjadi berbagai macam barang berguna, sekaligus diminati masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com