Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Tertua di Papua, dan Masuknya Islam pada 1200

Kompas.com - 22/06/2017, 05:59 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

Masyarakat pada saat itu kemudian mengumpulkan dan membawa lari bagian mahkota dari masjid itu untuk disembunyikan di hutan.

Masyarakat kemudian membawa mahkota masjid tersebut kembali ke Kokas, lalu membangun masjid baru pada 1947 dengan nama "Al Mujahidin", saat Jepang kalah di tangan pasukan Sekutu, seperti dituliskan dalam harian Kompas (Rabu, 30 Juli 2003) lewat "Indahnya Pantai Kokas dan Sejarah yang Penuh 'Misteri'".  

Meski bersejarah, baik "Al Mujahidin" maupun Masjid Tua Patimburak (Masjid Al-Yasin) sama-sama sulit disebut sebagai tempat ibadah Islam pertama di tanah Papua.

Sebelum ada Masjid Tua Patinburak sendiri, berdasarkan catatan tim Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala dalam buku "Masjid Kuno Indonesia", sudah ada dua langgar yang dibangun, tetapi kemudian tidak berdiri lagi di sana.

Keraguan Masjid Tua Patinburak sebagai masjid pertama di Papua juga mengacu catatan sejarah bahwa Islam sendiri sudah berada di sana beratus-ratus tahun sebelumnya.

Pelaut Spanyol Luis Vaez de Torres yang berkelana pada 1606 ke wilayah yang kini disebut Papua Niugini menyebut bahwa sudah banyak orang Islam di Fakfak, sesuai catatan tim Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala di atas.

Lebih jauh, Musa Heremba, seperti dikutip Kompas.com, mengatakan bahwa penyebaran Islam di Kokas tak lepas dari pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore di wilayah Papua ketika mereka mulai mengenal Islam pada abad ke-15 dengan Sultan Ciliaci sebagai sultan pertama yang memeluk agama Islam.

Sementara itu, Umar Sabuku, Imam Masjid Nurul Falah, Kampung Bumi Surmai, Kaimana, mengatakan bahwa Islam pertama kali dibawa oleh Imam Dzikir di Borombouw pada 1405.

"Penyebaran agama Islam masuk melalui interaksi perdagangan dengan pedagang dari luar Papua, seperti dari Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Imam Dzikir kemudian menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian diterima oleh keluarga kerajaan," ujarnya.

Baca: Menyusuri Jejak Penyebaran Islam di Papua

Usianya pun jauh lebih lama lagi menurut catatan harian Kompas di artikel yang sama pada 2003. Pada abad ke-12, di wilayah Kecamatan Kokas terdapat lima kerajaan, yakni Wertuar, Sekar, Petuanan Arguni, Petuanan Pattipi, dan Kerajaan Petuanan Rumbati yang kebanyakan penduduknya beragama Islam, selain beberapa warga beragama Protestan dan Katolik.

Diperkirakan, kerajaan-kerajaan tersebut muncul bertepatan dengan Islam masuk di Fakfak yang diduga dibawa oleh para pedagang Persia dan Arab.

Duga-menduga mengenai sejarah Islam di tanah Papua sendiri tidak bisa dimungkiri terjadi karena adanya budaya unik di wilayah ini yang berlaku sejak lama, seperti dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Fakfak Mustaghfirin kepada harian Kompas pada artikel pada 2003 tersebut.

"Memang sulit kita menggali suatu obyek sejarah di sini. Di masyarakat setempat di sini ada kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Kalau mereka sampai menceritakan suatu peristiwa penting termasuk menyangkut sejarah (misalnya) masuknya Islam ke Fakfak atau ke Kokas, itu sama dengan memperpendek umur," ujar Mustaghfirin.  

Walau Kantor Dinas Pariwisata dan Budaya telah dibentuk sejak 1982, seperti dicatatkan harian Kompas, tak satu pun data di kantor itu yang menjelaskan tentang Kokas, bahkan termasuk data pertempuran Perang Dunia II di Kokas antara Jepang melawan Sekutu.

Meski begitu, catatan sejarah Islam di Papua masih berwujud, setidaknya dalam bentuk Masjid Tua Patinburak, yang bisa dikunjungi dengan angkutan kota di Terminal Kota Fakfak lalu dilanjutkan dengan perjalanan perahu motor 2 jam ke Desa Patinburak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com