Tokoh adat Gorontalo, almarhum Medi Botutihe, pernah menuturkan, tumbilotohe pada awalnya digunakan untuk menerangi masyarakat yang membagi zakat. Masyarakat menyalakan lampu di depan rumahnya karena pada waktu itu belum ada penerangan listrik atau lampu yang memadai.
Dari proses pembagian zakat inilah tumbilotohe berkembang menjadi luas di tengah masyarakat Gorontalo. Setiap tahun 3 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat memasang lampu minyak di sekitar rumah mereka.
Tujuan awalnya untuk membantu proses distribusi zakat sudah bergeser menjadi sajian budaya yang menarik, menghadirkan gemerlap jutaan lampu yang disiapkan oleh masyarakat dalam waktu 3 hari.
“Sekarang satu rumah tangga bisa memasang puluhan lampu, ini yang memperindah suasana menjelang lebaran dan sangat disukai anak-anak,” tutur Indra.
Peralihan penggunaan bahan bakar lampu tumbilotohe tidak diketahui kapan, namun hadirnya minyak tanah pada masa itu memudahkan masyarakat membuat lampu.
Perubahan bahan bakar ke minyak tanah ini juga mengubah medianya menjadi botol kaca atau kaleng. Hingga saat ini yang lazim digunakan oleh masyarakat adalah limbah minuman suplemen.
“Menikmati Tumbilotohe sekarang dengan risiko lubang hidung hitam karena menghirup jelaga lampu minyak tanah,” kata Indra tertawa.
Gayung bersambut, fenomena budaya ini dianggap menarik oleh Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dijadikan daya tarik wisata yang memikat.
Mereka menyediakan berdrum-drum minyak tanah untuk dibagikan kepada masyarakat yang mengelola tumbilotohe secara kolektif. Bantuan ini mengurangi beban masyarakat yang harus membeli minyak tanah dengan harga mahal sejak subsidi dicabut.
“Kami menyediakan 18.000 liter minyak tanah dari Bitung, Sulawesi Utara. Bahan bakar ini kami gunakan untuk mendukung tumbilotohe di area tertentu yang strategis dan dibagikan ke masyarakat,” kata Resma Kobakoran, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.
Untuk meletakkan dan menata lampu tumbilotohe ini, sejak sebelum bulan Ramadan sebagian masyarakat sudah mendirikan tiang-tiang kayu di kedua sisi jalan. Di tiang inilah lampu-lampu itu digantung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.