Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbilotohe, Momen yang Paling Ditunggu Anak-anak Jelang Idul Fitri

Kompas.com - 21/06/2017, 16:55 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

“Sekarang satu rumah tangga bisa memasang puluhan lampu, ini yang memperindah suasana menjelang lebaran dan sangat disukai anak-anak,” tutur Indra.

Peralihan penggunaan bahan bakar lampu tumbilotohe tidak diketahui kapan, namun hadirnya minyak tanah pada masa itu memudahkan masyarakat membuat lampu.

Perubahan bahan bakar ke minyak tanah ini juga mengubah medianya menjadi botol kaca atau kaleng. Hingga saat ini yang lazim digunakan oleh masyarakat adalah limbah minuman suplemen.

KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR Seorang anak menikmati tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu di Gorontalo. Tradisi ini dilakukan pada 3 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri
Botol lampu yang disertai sumbu kompor ini dijajakan di pinggir jalan dengan harga Rp 5.000 untuk empat buah lampu.

“Menikmati Tumbilotohe sekarang dengan risiko lubang hidung hitam karena menghirup jelaga lampu minyak tanah,” kata Indra tertawa.

Gayung bersambut, fenomena budaya ini dianggap menarik oleh Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dijadikan daya tarik wisata yang memikat.

Mereka menyediakan berdrum-drum minyak tanah untuk dibagikan kepada masyarakat yang mengelola tumbilotohe secara kolektif. Bantuan ini mengurangi beban masyarakat yang harus membeli minyak tanah dengan harga mahal sejak subsidi dicabut.

“Kami menyediakan 18.000 liter minyak tanah dari Bitung, Sulawesi Utara. Bahan bakar ini kami gunakan untuk mendukung tumbilotohe di area tertentu yang strategis dan dibagikan ke masyarakat,” kata Resma Kobakoran, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.

Untuk meletakkan dan menata lampu tumbilotohe ini, sejak sebelum bulan Ramadan sebagian masyarakat sudah mendirikan tiang-tiang kayu di kedua sisi jalan. Di tiang inilah lampu-lampu itu digantung.

Selain di pinggir jalan, lampu botol ini juga ditempatkan di lapangan, sawah, bantara sungai hingga pinggiran Danau Limboto.

“Keunikan lampu di pinggir sungai atau danau adalah refleksinya menambah gemerlap cahaya,” ungkap Indra.

Saat dinyalakan serentak selepas shalat maghrib malam ini, kegembiraan masyarakat meluap, mereka akan berkeliling untuk menikmati indahnya lampu di berbagai tempat.

Kemeriahan cahaya lampu juga ada di sekolah, para siswa ditugasi gurunya untuk menyediakan lampu botol.

“Putri kami membawa lampu dan minyak tanah, mereka juga menyemarakkan tumbilotohe di sekolahnya,” kata Ilona Sinorita, warga Kota Gorontalo.

Malam pasang lampu selalu dinanti, tidak hanya warga Gorontalo. Para wisatawan juga bisa menikmati sambil keliling kota atau menyusur pedesaan yang syahdu. Gemerlap lampu tumbilotohe akan terus menyala hingga subuh.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com