Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Direktur Sukses Ibu Kota yang Memilih Berkarya di Daerah

Kompas.com - 19/06/2017, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Apa yang ada di benak Anda? Posisi Anda adalah Direktur BUMN di Jakarta. Gajinya Rp mencapai 100 juta setiap bulan. Dan, tiba-tiba Anda pindah ke daerah yang banyak orang pun tak tahu letaknya di mana.

Inilah yang terjadi di Trenggalek, Jawa Timur. Ngomong - ngomong, berapa dari Anda yang tidak tahu letak Trenggalek? Tunggu, jangan buka google map dulu. Apakah Anda punya ide Trenggalek itu ada di wilayah mana dan di sebelah mana?

Di mana letaknya?

Saya yakin banyak dari Anda tak tahu letak persisnya. Tapi, inilah faktanya. Trenggalek kini dipimpin oleh seorang bupati yang kariernya mulus di Jakarta.

Ratusan juta perbulan bisa ia dapatkan dari posisinya sebagai direktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang keuangan.

Sementara, di sini gajinya tak lebih dari Rp 6 juta perbulan.

Tak henti disini, ia merupakan lulusan sekolah doktor di Jepang yang mempelajari subyek ekonomi studi pembangunan.

Sang Bupati juga sempat mengambil pendidikan dan lulus dari universitas terkemuka di Inggris, Oxford University. Satu lagi, istrinya adalah pesohor yang tentu di bayangan kita lekat dengan kehidupan kota, utamanya Ibu Kota.

Apa yang Bapak cari?

Tak pernah tersampaikan

Lantas, apa yang terjadi dengannya di kota kecil itu? Yang bersangkutan pernah bercerita ke saya.

“Mas, saya ini sekarang hampir tidak punya quality time dengan keluarga?”
“Lho, kenapa?” tanya saya, “bukannya keluarga ada di kota yang sama dan setiap waktu bisa bertemu?”
“Iya, tapi bukan itu masalahnya?”
“Lalu apa?”

“Seringkali saat saya berkumpul bersama keluarga, misalnya saat nonton film bersama istri dan anak anak di rumah lewat jaringan internet, baru beberapa menit nonton, tiba - tiba saya mendapat kabar ada longsor di salah satu desa di Trenggalek. Saya katakan ke istri, saya harus ke sana. Saya pun bergegas. Saya khawatir ada korban di sana dan bagaimana penanganannya. Tapi saya ikhlas, meski 24 jam saya harus siaga memikirkan warga. Di sini, kalau bupatinya lalai, taruhannya nyawa warga. Benar ini!” dia meyakinkan saya.

“Dulu sesibuk- sibuknya menjadi Direktur BUMN,” ia melanjutkan, “di waktu libur saya full gunakan untuk keluarga, tapi sekali lagi saya ikhlas. Ada yang tidak bisa dibayar oleh apapun yaitu saat saya melihat warga tersenyum.”

Cerita di atas adalah cerita yang tidak pernah disampaikan. Hasil kerjanya terlihat membuahkan hasil.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com