Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berebut Ruang Nyaman di Dalam Kapal pada Musim Mudik Lebaran

Kompas.com - 18/06/2017, 16:43 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Irawan Kusmiadi, warga RT 2, Kelurahan Sepinggan Baru, Balikpapan, Kalimantan Timur, beserta 7 anggota keluarganya beralas tikar kertas di sebuah lorong jalan sempit dalam KM Labobar tujuan Surabaya, Jawa Timur.

Irawan dan anggota keluarganya bergiliran tidur, berdiri, dan menjaga barang di dalam kapal itu.

“(Hanya hingga) besok tiba di Surabaya,” kata Irawan.

Baca juga: Kapasitas Muatan Berlebih, Puluhan Penumpang DIturunkan dari Kapal

Tidur di emper gang sempit dalam kapal tentu memberatkan, terutama bagi anak-anak mereka. Di situ mereka harus membiasakan diri dengan hawa panas bercampur aroma pesing, dilangkahi atau tersadung kaki orang yang melintas.

Demi mudik, kata Irawan, lagi-lagi situasi tidak manusiawi ini terpaksa dijalani. Irawan yang hari-hari bekerja di lingkungan Angkasa Pura, pengelola Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, menyaksikan ironi yang berbeda bila penumpang mendapat layanan bandara, naik pesawat, hingga terbang.

Kapal sebaliknya, kata Irawan, layanannya tidak juga berubah.

“Lihat begini kan sangat miris. Padahal harga tiket Rp 480.000 dari harga normal Rp 413.000-an,” kata Irawan.

Menurutnya, harga itu hanya sedikit di bawah harga tiket pesawat Balikpapan-Surabaya.

Tak jauh dari Irawan, ada Titik Siamah dalam perjalanannya ke Kediri, bersama suami dan kedua anaknya. Mereka sudah dua hari dua malam di dalam kapal itu dan hanya melantai beralaskan kertas.

Bagi Titik, mudik menggunakan kapal laut ini bukan kali pertama. Di setiap keberangkatan, ia beli tikar kertas seharga Rp 10.000 per lembar. Dan karena sudah ke sekian kali, Titik akhirnya memaklumi situasi tak nyaman dalam kapal sebagai hal biasa.

“Karena cepat-cepatan. Siapa cepat dia dapat tempat tidur di dalam kapal ini,” kata Titik.

Irawan dan Titik tidak sendirian di sepanjang koridor kapal. Ratusan penumpang bernasib serupa.

Banyaknya orang yang tidur di sepanjang koridor jalanan hingga anak tangga di dalam kapal laut merupakan pemandangan jamak di masa arus mudik lebaran. Nyaris tidak ada ruang yang cukup lega sepanjang perjalanan, termasuk bersama kapal ini.

Labobar baru bertolak dari Balikpapan menuju Surabaya, Sabtu (16/6/2017) siang kemarin. Waktu normal, Labobar seharusnya bisa tiba sore ini. Sebelumnya, Labobar sudah mampir ke Jayapura, Manokwari, Nabire, Sorong, Ambon, Ternate, Makassar, Balikpapan, ke Surabaya dan nantinya kembali ke Jayapura. Begitu terus berkeliling.

Kali ini, Labobar membawa lebih 4.500 penumpang. Sekitar 60 persennya mendapatkan tempat tidur, sementara 40 persen tidak.

"Secara jumlah tidak berlebihan, tapi kami pikirkan apakah mereka tetap bisa di deck atau di tempat yang lebih layak," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Samadi saat meninjau Lababor sebelum berlayar, Sabtu (16/6/2017) lalu.

Baca juga: Penumpang Kapal Dibatasi, Puluhan Pemudik Ditinggal di Pelabuhan

Budi tiba bersama Wakil Ketua Komisi V DPR-RI Michael Wattimena, Dirut PT Pelayaran Indonesia Elvin Guntoro, dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.

"Nomor satu itu keselamatan dulu baru keamanan nanti. Kami minta Pelindo IV untuk menambah pagar," kata Budi.

Menanggapi harapan Budi, Pelni memastikan faktor keselamatan menjadi prioritas utama bagi penumpang.

Direktur Utama PT Pelni, Elfien Goentoro mencontohkan life jacket saja disediakan 10 persen dari jumlah penumpang yang ada. Belum lagi seluruh kelayakan kapal serta kelayakan sekoci.

Kompas TV Warga ke Kampung Halaman Lebih Awal


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com