Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Toleransi Islam dan Buddha di Kawasan Banten Lama

Kompas.com - 17/06/2017, 03:32 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

SERANG, KOMPAS.com - Kawasan Banten Lama di Kota Serang, Provinsi Banten telah memberikan contoh wujud toleransi sesungguhnya antara umat Islam dan umat Buddha sejak abad 17.

Di tengah kondisi Indonesia yang terus digerus isu intoleransi antar umat beragama, tak jauh dari Ibu Kota Jakarta terdapat sebuah bentuk toleransi antar umat beragama. Toleransi tersebut sudah berlangsung selama ratusan tahun sampai saat ini.

Kawasan Banten Lama merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Banten yang berdiri sejak abad 16 Masehi oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra salah satu Wali Songo, Sunan Gunung Jati.

Vihara Avalokitesvara tampak depan.Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Vihara Avalokitesvara tampak depan.

Di tengah Kesultanan Banten tersebut, berdiri sebuah vihara bagi agama Buddha dengan nama Vihara Avalokitesvara yang telah berdiri sejak 1652 sampai sekarang.

Sekitar 800 meter dari vihara, berdiri sebuah masjid yang juga menjadi ikon Banten, yakni Masjid Agung Banten.

Tempat meletakkan dupa di Vihara Avalokitesvara, Kota Lama Banten.Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Tempat meletakkan dupa di Vihara Avalokitesvara, Kota Lama Banten.

Berdirinya vihara tersebut tak terlepas dari kedatangan penguasa dari China bersama dengan para anak buahnya ke Kesultanan Banten.

"Kedatangan putri raja China dan anak buahnya yang mau ke Surabaya berhenti di Banten untuk menambah perbekalan," tutur Ketua Pembina Yayasan Vihara Avalokitesvara Sutanta Ateng, saat ditemui di Vihara Avalokitesvara, Sabtu (20/5/2017).

"Namun karena harus menunggu datangnya angin barat daya, mereka turun dan mengajarkan rakyat Banten bercocok tanam. Kemudian banyak dari mereka yang tinggal dan menikah dengan masyarakat lokal sini," tambahnya. 

Singkat cerita, lanjut Sutanta, rakyat China yang menetap di Banten sebagian mulai menjadi pemeluk agama Islam dan sebagian lainnya tetap menganut Buddha.

Lilin-lilin besar di Vihara Avalokitesvara, Kota Lama Banten.Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Lilin-lilin besar di Vihara Avalokitesvara, Kota Lama Banten.

Mereka yang tetap menjadi umat Buddha kemudian membangun Vihara Avalokitesvara atas izin dari Sultan Maulana Hasanuddin.

Ratusan tahun sejak runtuhnya Kesultanan Banten, Kawasan Banten Lama telah menjadi satu destinasi wisata histori dan religi yang ada di Banten.

Sejak saat itu, umat Islam dan umat Buddha yang ada di Kesultanan Banten, kini disebut sebagai Kawasan Banten Lama Hidup berdampingan sampai sekarang.

Bagian dalam Masjid Agung Banten di Kota Lama Banten.Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Bagian dalam Masjid Agung Banten di Kota Lama Banten.

"Hubungannya sudah harmonis antara masyarakat sekitar dari dulu dan kami terus menjaga hubungan baik dan kerukunan dengan masyarakat sekitar," ucap Sutanta.

Ibadah umat Buddha di Kawasan Banten Lama diakui Sutanta tak pernah terganggu sedikitpun sampai saat ini.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua Umum Lembaga Pemangku Adat Kesultanan Banten Tubagus Abbas Wasee. Menurutnya, bukan hal mudah bagi orang lain untuk mengadu domba masyarakat Banten terkait perbedaan agama.

Suasana Masjid Agung Banten jelang maghrib.Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Suasana Masjid Agung Banten jelang maghrib.

"Nggak gampang masyarakat Banten kalau diadu domba soal agama," jelasnya.

Kerukunan itu diakui Sutanta dan Tubagus Abbas semakin terasa jika menjelang bulan Ramadhan.

Tak sedikit dari umat Buddha di sana yang diakui Sutanta memberikan bantuan kepada umat Islam.

"Kalau dari kami ada yang kasih sembako, kadang jumlahnya 5 kilogram beras per kepala keluarga. Lalu ada juga umat kami yang menyantuni anak yatim di sini. Ya itu semua dilakukan karena saling membutuhkan satu sama lain," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com