Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesantren Ini Kerap Jadi Tempat Belajar Islam Toleran Pelajar Asing

Kompas.com - 14/06/2017, 13:27 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

"Melalui dialog, kami presentasikan bahwa Islam di Indonesia yang sesungguhnya itu yang toleran, damai, dan transformatif. Sejak awal berkembang di Indonesia juga melalui dialog kebudayaan dan apresiasi budaya lokal. Islam masuk ke Indonesia itu bukan lewat kekerasan," kata Mustafid.

Mustafid menyebut, pelajar dan mahasiswa asal Amerika Serikat itu pun sempat bertanya tentang ISIS kepada ustaz dan santri ponpes. Namun ia meyakinkan bahwa ISIS itu bukan berperang karena Islam, melainkan politik, ekonomi, dan pemahaman agama yang salah.

"Dan, mereka bisa merasakan perbedaannya langsung di sini, kami tidak ada jarak dan terbuka terhadap perbedaan," ujar Mustafid.

Mustafid menyebut, WNA asal AS itu belajar tentang agama Islam toleran di Ponpes Aswaja Nusantara selama empat jam. Mereka meninggalkan ponpes menjelang shalat isya.

"Sebetulnya tim dari lembaga itu bukan yang pertama kali bertemu dengan kami. Mereka sebelumnya pernah mengundang kami dalam suatu acara di hotel pada tahun lalu. Cuma pada tahun ini, lembaga mereka ingin berkunjung langsung ke tempat kami," kata Mustafid.

Bukan yang pertama

Kedatangan WNA bukan hal yang baru bagi Ponpes Aswaja Nusantara. Mustafid mengatakan, ponpesnya sudah beberapa kali kedatangan WNA selama empat tahun terakhir.

Rencananya, 10 warga negara se-Asia yang tergabung dalam Asian Lay Leader Forum juga akan berkunjung ke ponpesnya pada 23-25 Juni 2017. Kunjungan tersebut dalam rangka program Asia Youth Academy.

"Sebelumnya ada yang dari George Mason University, volunteer in Asia, dan beberapa lembaga asing lainnya. Tapi kedatangan mereka tidak selalu Ramadhan, cuma yang tahun ini kebetulan saja pas Ramadhan," kata Mustafid.

Ia menceritakan, WNA yang datang ke Ponpes Aswaja Nusantara itu datang ke ponpes setelah mendapatkan informasi dari jaringan mahasiswa seperti di kampus, Gusdurian, dan lainnya.

Tak hanya berkunjung, kata Mustafid, beberapa WNA itu juga ada yang menginap bersama santri di Kampung Mlangi selama satu sampai tiga hari.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com