Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Twitter, Ganjar Sibuk Jawab Keluhan "Netizen" soal PPDB Online

Kompas.com - 14/06/2017, 12:58 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Lini masa Twitter Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diramaikan dengan banyak keluhan dari netizen terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online SMA dan SMK se-Jawa Tengah Tahun 2017.

Kebijakan PPDB Online itu disebut Ganjar dalam salah satu cuitannya adalah guna menepati Peraturan Mendikbud Nomor 17 tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru dan untuk menyatukan aturan yang sebelumnya berbeda.

Baca juga: PPDB "Online" 2016 Semrawut, Ombudsman Temukan Mala-administrasi hingga Jual Beli Kursi

Di dalam pasal 16 Permendikbud nomor 17 tahun 2017 disebutkan bahwa setiap SMA atau SMK wajib memberikan kuota minimal 20 persen untuk anak dari keluarga tidak mampu.

"SMA, SMK, atau bentuk lain yang sederajat yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi wajib menerima peserta didik baru yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu yang berdomisili dalam satu wilayah daerah provinsi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima," bunyi pasal tersebut.

Dari pantauan Kompas.com di lini masa Twitter milik Ganjar, beberapa netizen mengeluhkan penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) palsu dan prioritas pemilik Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk bisa masuk ke SMA atau SMK tertentu di Jawa Tengah.

Keluhan itu membuat netizen yang memiliki NEM SMP lebih besar dari mereka yang memiliki SKTM dan KIP tergeser posisinya.

"Ini peraturan menteri kenapa bikin persaingan tidak sehat ya? Balik ke zaman dulu aja pak, yang NEM-nya jeblok langsung gusur peringkatnya," tulis akun @adittyajulmi.

https://twitter.com/ganjarpranowo/status/874840358311653377

Menjawab cuitan tersebut, Ganjar mengatakan akan mengevaluasi aturan tersebut. Dia mengakui aturan ini menimbulkan banyak masalah, seperti saat ini, karena memang baru pertama kali diberlakukan.

Terkait SKTM, beberapa netizen menuding surat tersebut palsu dan dibuat-buat demi bisa masuk ke SMA atau SMK favorit.

"@ganjarpranowo beruntung itu ketika punya KIP dan SKTM tpi faktanya gak miskin. Nilai jelek pun tetap jadi prioritas #kemalajateng," tulis akun @atikkaaryati.

https://twitter.com/ganjarpranowo/status/874834474185498626

Cuitan tersebut pun dibalas Ganjar dengan bertanya kebenaran tentang SKTM palsu itu.

"Siapa itu? kamu punya infonya? @pdkjateng," balas Ganjar yang kemudian ditimpali oleh akun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah @pdkjateng dengan cuitan akan segera ditindaklanjuti.

Baca juga: Gandeng Ahli IT, DKI Jamin PPDB "Online" Bagi SMP Tak Akan "Error"

Lain halnya dengan akun @luthfiahsal_28 yang menulis cuitan ke Ganjar bahwa dengan adanya SKTM tersebut banyak siswa kurang cerdas memanfaatkan itu dan berakibat menurunnya prestasi sekolah.

Ganjar pun kemudian menjawab singkat cuitan tersebut.

"Kalau yang bersangkutan SKTM-nya palsu bisa dikeluarkan," katanya.

https://twitter.com/ganjarpranowo/status/874831619693006848

Dalam cuitan lainnya Ganjar memastikan bahwa SMA dan SMK tetap memedulikan nilai calon siswanya, dan bagi mereka yang punya KIP dan SKTM hanya diberikan kuota 20 persen saja di setiap sekolah.

Hingga pukul 12.00 WIB, Ganjar masih terlihat "sibuk" membalas cuitan para pengikutnya yang curhat soal PPDB Online 2017.

Kompas TV SMA Taruna Nusantara Perketat Pengamanan Sekolah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com