Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melawan Stigma Negatif, Tari Joged Buleleng Tampil di Pekan Kesenian Bali

Kompas.com - 12/06/2017, 16:12 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Empat penari dari Sanggar Dharma Santhi, Buleleng, Bali meliuk- liukkan tubuh di panggung Kalangan Ratna Kanda, Art Center Denpasar pada Senin (12/6/2017) sore.

Mengenakan pakaian khas penari Bali, keempatnya membawakan empat buah tarian, yaitu tarian Wijaya Kusuma, Candra Kirana, gelatik Nurpapah dan tari Candra Kirana.

Baca juga: 9 Anak Indonesia Sebar Pesan Damai di Sisilia Lewat Tarian

Keempat tari ini merupakan pengembangan tari Joged, khas Kabupaten Buleleng, Bali.

Keempat penari ini secara bergiliran tampil di panggung, diiringi tetabuhan Bleganjur.

Penampilan ini merupakan bagian dari pertunjukan di arena Pekan Kesenian Bali (PKB) ke-39. Tari Joged memang menarik perhatian warga Denpasar.

Sebab tari ini memberi ruang bagi penonton untuk berpartisipasi mendampingi penari utama. Paritispasi ini sering pula dikenal istilah ngibing.

Umumnya adalah mereka yang ikut menari bersama penari Joged adalah kaum pria. Para pengibing ini naik ke panggung, lalu mengenakan kain khusus yang telah disediakan.

Saat pengibing menari, si penari utama terus meliuk-liuk dengan gerakan menggoda. Sejurus kemudian, si pengibing sambil menari berusaha mendekati penari utama. Berusaha menyentuh, tapi si penari menghindar dengan gerakan tari. Keduanya pun saling melemparkan pandangan.

Di penghujung tarian, pengibing menyampaikan rasa hormat bahkan memberikan uang atau saweran sebagai bentuk penghargaan pada si penari.

Ketua Sanggar Dharma Sabtu, Ni Komang Dharma Weni mengatakan, tari Joged ini merupakan tarian khas yang lahir pada tahu 1920-an di Desa Pekraman Bila Tua, kecamatan Kubu Tambahan, Buleleng. Tarian ini dibawakan para leluhur dari waktu ke waktu.

"Tarian ini disukai sesuhunan kami Ratu Ngurah Sakti," kata Komang.

Tarian Joged adalah tarian pergaulan, sering dipentaskan dalam berbagai momen seperti Kuningan, ulang tahun, hari ulang tahun Kota Singaraja atau saat ada odalan/upacara adat di desa.

Tarian ini dibawakan oleh kaum remaja. Mereka secara rutin berlatih tari di sanggar Dharma Shanti setiap malam Minggu. Namun jika ada acara, latihan dilakukan dua kali dalam seminggu.

Dikatakan Komang, tari Joged kini menghadapi stigma negatif, terutama akibat adanya postingan-postingan di media sosial yang menampilkan penari Joged dengan gerakan erotis menjurus ke porno.

Dalam postingan-postingan tersebut para pengibing lepas kontrol dan mempertontonkan gerakan-gerakan tidak senonoh. Padahal, tari Joged miliki nilai seni tinggi. Gerakannya merupakan turunan dari Tari Legong.

Baca juga: Tarian Barongsai Meriahkan Acara Nusantara Bersatu di Manokwari

Melalui ajang PKB, Komang ingin menunjukkan bahwa tari Joged bukan pertunjukan aksi pornografi.

"Kami dari sanggar mau melawan citra negatif, tari Joged bukanlah tarian porno tapi tapi karya seni yang mengekspresikan kegirangan, salah satu pakemnya adalah kesantunan," kata Nyoman.

Kompas TV Tarian Tradisional Warnai Hari Pancasila di Solo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com