Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibenahi, Objek Wisata Religi Gunung Kemukus yang Dikotori Ritual Seks

Kompas.com - 09/06/2017, 13:04 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

 

Terkait keberadaan karaoke dan sejenisnya, Pemkab Sragen disarankan untuk tegas melarang di lokasi itu. Pemkab Sragen diminta tidak memberikan izin hiburan di tempat yang mustinya dianggap lokasi wisata religi.

Ancaman AIDS

Ritual seks terselubung dari wisata religi menimbulkan korban. Setidaknya, ada 12 warga yang positif terjangkit positif penyakit acquired immune deficiency syndrome (AIDS).

"Ada 12 orang Mas yang positif kena AIDS," ujar salah satu perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, kepada Kompas.com saat mendampingi kunjungan kerja gubernur.

Sejauh ini, 12 warga yang terkena virus diduga melakukan praktik seks terselubung di kawasan Gunung Kemukus ini. Hal yang sama disampaikan Ganjar di saat ngabuburit dengan warga Sragen di lokasi terpisah.

"Saya dapat laporan dari Dinas Kesehatan Sragen kalau saat ini ada 12 orang terkena penyakit AIDS di sana," sambung Ganjar.

Warga Sragen umumnya tak terkejut dengan fenomena ritual seks di Gunung Kemukus itu. Ketika Ganjar menceritakan soal orang yang terkena AIDS, warga justru tertawa.

Namun demikian, 12 orang yang positif AIDS adalah warga pendatang yang tinggal di kawasan Gunung Kemukus itu. Hal itu menunjukkan bahwa praktik seks kemungkinan benar adanya.

"Ternyata, mohon maaf, mohon maaf, pelaku yang menyalahgunakan yang sifatnya asusila itu tidak dari sini. Mereka pendatang yang stay di sini," ucap Ganjar.

Baca juga: Gubernur Jateng Minta Lokasi Ritual Seks Gunung Kemukus Ditutup

Pemkab Sragen pun diminta menutup kegiatan lokalisasi prostitusi terselubung ini. Bupati Sragen diharapkan berguru ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menghapus lokalisasi prostitusi Gang Dolly.

Sebelum benar-benar menghilangkan, Pemda harus intens berkomunikasi dan berdialog dengan warga sekitar. Warga perlu mendukung kegiatan itu.

"Penutupan lokalisasi Dolly itu prosesnya lama, dialog dulu. Dulu, yang protes itu preman-preman," tambahnya.

Ganjar yakin bahwa upaya menghilangkan praktik seks terselubung ini lebih mudah, karena kawasan Gunung Kemukus bukan kompleks lokalisasi seperti Dolly di Surabaya.

"Ya, mestinya ini lebih gampang, karena bukan lokalisasi. Kita juga bisa lebih belajar dari Surabaya, khususnya di Dolly kan," tambahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com