Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal Pretty Bangun 6 Taman Baca di Papua Barat, Ditentang Orangtua hingga Alami Kecelakaan

Kompas.com - 06/06/2017, 11:00 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

Alami kecelakaan

Setelah mendapat izin orangtua, perjuangan Pretty dan untuk menularkan virus membaca di Sorong juga tak mudah. Pretty pernah mengalami kecelakaan saat dia dan kawan-kawannya mengunjungi Taman Baca Kuadas di Distrik Marbon yang mereka dirikan.

Prety sendiri tidak ingat persis kapan kecelakaan itu terjadi, namun saat itu mereka menggunakan sepeda motor sambil berboncengan bersama sejumlah relawan lainnya.

“Saya pernah jatuh dengan motor hingga terluka saat kita pergi ke Kuadas,” ujarnya.

Perjalanan dari Kota Sorong ke Kuadas bukanlah mudah. Kompas.com yang ikut bersama Pretty dan kawan-kawannya ke Kuadas harus menempuh jalan berliku sepanjang kurang lebih 70 km yang sebagian kondisinya rusak parah.

“Ini sudah agak mendingan. Kalau waktu kita datang dulu itu kerusakan jalannya paling parah lagi,” tutur Adam, salah satu rekan Pretty yang saat itu menyetir mobil.

Adam yang mulai bergabung dengan komunitas Buku untuk Papua sejak setahun terakhir ini mengisahkan, mereka juga pernah menghadapi banjir saat akan berkunjung ke Kuadas beberapa bulan yang lalu.

Saat itu hujan yang terus mengguyur wilayah Sorong membuat jalanan menuju Kuadas tidak bisa dilewati dengan sepeda motor karena derasnya air di jalan yang hendak mereka lewati.

Tiba di Kuadas, Pretty dan kawan-kawan kemudian menemui pihak sekolah YPK Bukit Son, Saat itu, para siswa yang juga aktif di Taman Baca Kuadas ini sedang belajar.

Barulah setelah itu, mereka mengunjungi Taman Baca Kuadas di tepi pantai desa tersebut. Jarak taman baca berukuran 2x2 meter itu hanya sekitar 30 meter dari sekolah.

Berselang beberapa menit kemudian, puluhan siswa sekolah mendatangi taman baca dan ikut bermain sambil membaca.

Menurut Pretty, metode belajar dan membaca yang mereka ajarkan kepada para anak-anak binaan mereka selalu dilakukan dengan cara yang berbeda.

“Kadang anak-anak ini belajar dan membaca di taman baca tetapi juga kadang kita mengajak mereka ke tempat terbuka seperti di tepi pantai,” ujarnya.

Pretty mengaku, selama terlibat di komunitas Buku untuk Papua, dia dan teman-temannya  tidak mau memposisikan diri sebagai pengajar namun sebagai sahabat dan kakak bagi anak-anak binaan mereka itu.

Dia juga mengaku, dari proses interaksi yang dilakukan selama ini, dia dan teman-temannya juga banyak belajar soal ketulusan dan pelajaran hidup yang sesungguhnya, menjadi manusia bukan sekedar hidup bagi diri sendiri namun harus bermanfaat bagi orang lain.

“Kami belajar dari ketulusan anak-anak ini, sebenarnya tujuan hidup itu untuk apa kalau tidak bisa berbagi dan bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com