Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal Pretty Bangun 6 Taman Baca di Papua Barat, Ditentang Orangtua hingga Alami Kecelakaan

Kompas.com - 06/06/2017, 11:00 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

Pada awal bulan April tahun 2013, Pretty dan kawan-kawannya lalu mulai membangun Taman Baca Saprau. Setelah itu perlahan tapi pasti, sejumlah taman baca lainnya didirikan hingga kini total ada enam taman baca.

“Pertama itu kami bangun di Saprau. Setelah itu, kami bentuk lagi taman baca lainnya. Namun yang paling aktif saat ini adalah Taman Baca Saprau dan Taman Baca Kuadas yang berada di Distrik Makbon,” katanya.

Menurut Pretty, keinginannya untuk membangun taman baca di Sorong juga tidak lepas dari peran Dayu Rifanto, inisiator Buku untuk Papua.

Semula, kata Pretty, dia membaca kicauan di akun Twitter Sahabat Papua tentang Papua. Saat itu, Dayu yang belum dikenalnya berencana membantu mengirimkan buku-buku ke tujuh kota di Papua.

“Ada tujuh kota yang akan dapat kiriman buku, tapi untuk Sorong tidak ada, padahal Sorong menjadi pintu masuk sejumlah kota di Papua. Saat itu, saya senang ada bantuan buku untuk Papua tapi saya juga gelisah karena tidak ada bantuan untuk Sorong. Dari situ saya mulai me-retweet kicauan Kak Dayu lalu saya mulai ngobrol dengan beliau, dan akhirnya akrab dan beliau ajak saya bergabung,” ungkap Pretty.

Pretty yang kala itu masih berstatus sebagai mahasiswa di  Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Viktory Sorong itu mengisahkan, setelah terlibat dengan Komunitas Buku untuk Papua, mulailah dia mengajak seorang temannya Naomi dan membahas rencana pendirian taman baca di Sorong, tepatnya di kampus UKIP, tempat Naomi bekerja.

Setelah itu, keduanya lalu mengajak seorang teman mereka bernama Yhoris Don Bosco untuk terlibat dalam rencana itu hingga mengajak sejumlah relawan lainnya untuk bergabung di komunitas Buku untuk Papua.

“Dari berdua, bertiga, kami ajak lagi teman-teman lain mulai yang sekampus, tetangga dan lainnya. Setelah itu, kami kampanye lewat media sosial. Kami juga menyumbang buku pribadi sambil menunggu kiriman buku dari Kak Dayu,” ujarnya.

Pak Mayor

Pretty menuturkan, setelah buku-buku mulai terkumpul, mulailah mereka merencanakan mendidikan Taman Baca Saprau. Mereka kemudian mendatangi rumah salah satu tokoh masyarakat di Saprau untuk mengemukakan niat mereka itu. Namun tak disangka niat mereka itu tidak direspons dengan baik.

“Saat kami datang ke rumahnya, tidak ada respons yang baik dari istrinya. Kami juga tidak dipersilakan masuk ke dalam rumah. Katanya Bapak tidak ada dan saat kami pergi, pintu rumahnya langsung ditutup dengan keras,” ujarnya.

Namun niat Pretty dan kawan-kawannya untuk mendirikan taman baca tidak surut dengan kejadian itu. Mereka kemudian mencari tempat lain yang ada di Saprau dan saat itulah mereka bertemu dengan salah satu Ketua RT setempat bernama Bernadus Mayor.

“Saat itu Pak Mayor sedang di teras kantor lurah. Setelah kami utarakan niat kami itu ternyata beliau sangat welcome sekali dan mendukung rencana kami,” ungkapnya.

Dari pertemuan itu, Pretty dan kawan-kawannya mulai mendatangi lingkungan tersebut dan bermain dengan anak-anak. Mereka juga bersosialisasi dengan masyarakat setempat tentang rencana mendirikan taman baca di kawasan itu.

“Jadi sekitar dua bulan itu kami ke sana bermain dengan anak-anak untuk mencuri hati mereka. Kami sampai memandikan mereka dan ternyata mereka senang, masyarakat juga mendukung, saat itu kami belum bawa buku ke sana,”ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com