Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Panglima TNI Tausiah di Hadapan Anak Yatim

Kompas.com - 04/06/2017, 20:46 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melakukan buka bersama dengan anak yatim dan jajaran TNI AU di Hanggar 2 Landasan Udara Adisucipto, Kecamatan Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Minggu (4/6/2017).

Buka bersama itu merupakan safari Tarawih Ramadhan, yang sebelumnya juga telah dilaksanakan di Iskandar Muda Aceh.

Sebanyak 1.000 anak yatim hadir dalam acara buka bersama itu. Selain anak yatim, masyarakat sekitar juga hadir untuk bertemu langsung dan salat berjemaah dengan jenderal bintang empat itu. 

Gatot datang bersama rombongan jajaran TNI dengan mengendarai bus. Kedatangannya langsung disambut Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Ia pun langsung memberikan tausiah kepada peserta anak yatim dan masyarakat yang hadir dalam acara itu. 

Dalam tausiahnya, Gatot berkisah soal cerita dengan judul Simbok. Selama tujuh menit, ia menceritakan kisah itu dengan detail. Sesekali ia menggunakan bahasa Jawa ketika menjelaskan percakapan simbok dengan anaknya. Namun pernyataan bahasa Jawa itu tetap diartikannya dengan Bahasa Indonesia. 

Kisah yang diceritakan Gatot itu menggambarkan satu keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan seorang anak lelaki. Dalam cerita, ibu merupakan sosok wanita desa yang sabar dan tidak berpendidikan tinggi.

Adapun sang anak merupakan sosok pria berpendidikan tinggi dan berpikiran kritis.

Singkat cerita, anak mengkritik sikap ibunya yang selalu menyiapkan santapan berbuka berlebih. Santapan buka puasa itu diberikan kepada tetangga dan pedagang pasar yang melintas di depan rumahnya.

"Mbok, kita kan sekarang cuma tinggal berdua, kenapa simbok tetap masak segitu banyak? Dulu waktu kita masih komplet berenam aja simbok masaknya selalu lebih. Mbok yao dikurangi, mbok. Ben ngirit," kata Gatot seolah menjadi anak dalam cerita itu. 

"Mubazir, mbok. Kayak kita ini orang kaya aja," tambahnya.

Namun, sang ibu menampik jika apa yang dilakukannya itu seperti yang ditudingkan anaknya. "Opo iyo mubazir? Mana buktinya? Ndi jal?" tutur Gatot seolah sebagai simbok. 

"Itu namanya sedekah, bukan mubazir. Cah sekolah kok ra ngerti mbedakke sodakoh ro barang kebuang," sebutnya.

Di akhir cerita sang anak baru memahami sikap ibunya tersebut setelah berdebat panjang. Sang anak pun akhirnya mempercayai yang dilakukan ibunya itu bukan soal untung dan rugi, melainkan Tuhan menjamin hidup setiap mahluk yang bernyawa.

Gatot pun langsung memberikan pesan kepada khalayak yang hadir untuk meniru sikap simbok. Menurut dia, sebagai ciptaan tuhan jangan sampai tidak memperdulikan orang lain.

"Saya mengingatkan agar kita jangan sungkan bersedekah. Apalagi di bulan Ramadhan ini. Selamat bersedekah di bulan Ramadhan semoga kita dapat ridho dari Allah," kata Gatot menutup tausiahnya. 

Baca juga: Panglima TNI: Narkoba dan Terorisme Ancaman Negara

Kompas TV Panglima TNI Baca Puisi tentang Kritik Sosial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com