Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Sosok di Balik Kesuksesan Grup Band Metal Berhijab, VoB?

Kompas.com - 03/06/2017, 21:33 WIB
Ari Maulana Karang

Penulis

GARUT, KOMPAS.com -  Cep Ersa Eka Susila Satia, guru SMPN 2 Singajaya bisa disebut sebagai orang yang paling berperan atas suksesnya grup band metal berhijab VoB asal Garut Selatan, Jawa Barat. Berkat tangan dinginnya, tiga gadis kampung di Garut Selatan, saat ini menjadi pemain band musik cadas terkenal.

Firda misalnya, sebelum kenal dengan Abah, demikian anak-anak VoB biasa memanggil Cep Ersa Eka Susila Satia atau Ersa, tidak begitu mengenal musik. Memainkan gitar pun Firda tidak tahu sama sekali.

“Kalau gitar bolong ya tahu, tapi bisa main gitar dari awal memang diajarin Abah,” kata Firda.

Hal yang sama diungkapkan Widi, pemain bas VoB. Seperti halnya Firda, dirinya pun belajar gitar dari Abah dan mengenal bas dari Abah, itu pun bukan gitar bas asli, tetapi gitar biasa yang hanya dimainkan senar bas-nya saja.

“Dulu waktu tampil main bas pakai gitar biasa pede aja, karena nggak tahu, setelah tampil Abah bilang banyak yang ngetawain, karena gitarnya bukan gitar bas,” kata dia.

Cerita berbeda disampaikan Eulis, penabuh drum yang ternyata masuk VoB belakangan setelah siswa yang ditugaskan Abah menjadi penabuh drum pukulannya kurang bertenaga. Eulis dipilih menggantikan penabuh drum yang lama karena di sekolah Eulis suka memukul-mukul meja.

“Awalnya kaget aja dipanggil guru BK karena suka mukul-mukul meja, ternyata disuruh jadi pemain drum,” kata Eulis.

Drum yang dimainkan bukan drum musik asli, tetapi drum dari gendang-gendang peralatan marching band di sekolah Mts yang kemudian dirangkai dan dimodifikasi hingga seperti drum. Namun, Eulis merasa sangat senang bisa menjadi penabuh drum.

“Justru begitu dibeliin drum asli oleh sekolah, saya malah nangis karena beda dengan yang biasa dimainkan, saya bingung memakainya,” kata dia.

Eulis, Firda, dan Widi mengaku, Ersa memang merubah hidup mereka karena mengenalkan mereka bermain musik sebagai sarana berekspresi. Ersa membebaskan mereka memilih genre musik yang mereka sukai.

Ersa mengatakan, semua berawal saat dirinya diangkat menjadi guru konseling di Mts Al Baqiyatusholihat, tempat anak-anak asuhnya sekolah. Saat itu, dirinya mencoba mencari cara mendekati anak-anak agar tidak sampai terjerumus dalam pergaulan yang salah.

“Khawatir saja melihat pergaulan anak jaman sekarang sampai di kampung-kampung,” katanya.

Ersa lalu membuka kegiatan ekstrakurikuler musik yang menurutnya saat itu mendapat dukungan dari kepala sekolah yang ternyata juga pencinta musik. Bukan hanya dari kepala sekolah, para guru pun ikut memberi dukungan dengan cara ikut hadir setiap kali anak asuhnya manggung.

Abah Ersa yang sejak SMP meninggalkan kampung halamannya untuk bersekolah di Kota Garut hingga menyelesaikan bangku kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung mengaku dirinya dulu sempat bermain band. Namun tidak sampai seperti anak asuhnya bisa sampai terkenal seperti saat ini.

Sekarang, setelah Eulis, Firda, dan Widi tidak lagi menjadi murid Ersa karena mereka melanjutkan ke jenjang SMK dan Ersa mendapat penugasan di SMPN 2 Singajaya, hubungan dengan anak asuhnya itu masih tetap berlanjut.

“Sekarang malah tambah sibuk ngawal mereka, banyak undangan termasuk ke stasiun televisi. Ini juga baru pulang dari Jakarta,” kata Ersa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com