Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Kesulitan Air, Kini Bleberan Jadi Desa Wisata Berpendapatan Miliaran Rupiah

Kompas.com - 28/05/2017, 08:27 WIB
Markus Yuwono

Penulis

Bumdes menggelar rapat setiap tahun untuk mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan unit usaha.

"Dalam bidang dana sosial, kami membangun rumah tidak layak bagi warga kurang mampu dan membagikan dusun yang belum memiliki potensi untuk mengembangkan dusunnya supaya berkembang. Ada 11 dusun di desa kami," ucapnya.

Keberhasilan membentuk bumdes inilah yang menjadikan Desa Bleberan meraih penghargaan dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Menurut Tri, banyak tantangan ketika hendak membentuk bumdes karena sebagian besar masyarakat belum memahami mengenai badan usaha tersebut.

"Banyak yang bertanya mengenai bagaimana nanti pengembangan SDM-nya," katanya.

Seiring perjalanan waktu, masyarakat mulai percaya dan memahami apa itu bumdes. Selama ini banyak desa di Gunungkidul yang belum memahami potensi di desanya dan tidak bisa mengembangkan menjadi bisnis yang bisa digunakan untuk kesejahteraan.

"Desa tidak bisa mengenali potensinya, sehingga seringkali belum bisa memanfaatkan. Padahal jika bisa mengelola, masyarakat akan diuntungkan jika bisa mengelola potensi desanya," tuturnya.

Secara terpisah, Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Hary Sukmono mengatakan, dari belasan desa wisata di wilayahnya, ada dua desa yang memiliki prestasi.

Selain Bleberan, Desa Nglanggeran pernah menerima penghargaan di ASEAN Community Based Tourism Award 2017.

Menurut Hary, kedua desa tersebut menjadi kiblat bagi desa lain untuk mengembangkan potensi wisata.

Saat ini ada tiga desa wisata yang sudah masuk dalam bumdes, yakni Desa Nglanggeran, Bleberan, dan Mulo.

"Kami mendorong agar desa mengembangkan potensinya dengan improvasinya, sesuai dengan potensi yang ada," katanya.

Desa Wisata Bleberan menjadi salah satu situs geologi (geosite) di Geopark Gunungsewu. Geopark gunungsewu masuk dalam Global Geopark Network (GGN) oleh UNESCO melalui Konferensi Asia Pasific Global Network di Sanin, Kaigan, Jepang, pada September 2015.

Masuknya Gunungsewu bersama 120 global geopark di 33 negara membuat asa baru bagi pengelolaan wisata di tiga kabupaten di sisi selatan pulau Jawa.

"Geopark global UNESCO itu wilayah geografik tunggal menyatu dan dikelola secara holistik untuk tujuan perlindungan, pendidikan, dan pembangunan kawasan secara berkelanjutan," kata General Manager Geopark Gunungsewu Budi Martono.

Ada sejumlah geosite yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan pengembangan pariwisata di daerah ini.

Di bentangan tiga daerah, yaitu Kabupaten Gunungkidul (DIY), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur), terdapat 33 geosite dengan luas 1.802 km persegi. Di Gunungkidul ada 13 lokasi geosite, Pacitan 13 lokasi, dan Wonogiri 7 lokasi.

Adapun 13 geosite yang menjadi kawasan geopark di Gunungkidul meliputi endapan laut miosen Awal (Formasi Sambipitu), gunung api miosen awal (Formasi Nglanggran), Hutan Wanagama, air terjun Sri Gethuk, Goa Kali Suci, Goa Jomblang, Goa Pindul, lembah karst Mulo, pantai Baron-Kukup–Krakal, Pantai Siung–Gunung Batur–Pantai Wediombo, Hutan Turunan, Goa Cokro, dan Bengawan Solo purba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com