Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terserang Hydrocephalus, Bocah di Grobogan Ini Butuh Bantuan

Kompas.com - 25/05/2017, 23:45 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Kasih ibu terhadap buah hatinya tak aus dimakan usia. Ungkapan ini sepertinya tepat merujuk kepada keluarga buruh tani di Desa Tambirejo, RT 04 RW 01, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Purminah (28) seakan tak pernah lelah menghabiskan waktunya sehari-hari untuk merawat putra bungsunya, Yunior Dwi Aditya (7).

Di rumah sederhana beralaskan tanah dan berdinding kayu, Purminah susah beranjak pergi jauh dari sisi anak keduanya itu. Yunior, sapaannya, sejak umur tiga bulan menderita penyakit Hydrocephalus. Kini kepalanya telah membesar melebihi ukuran tubuhnya. 

Tubuh Yunior kering kerontang tidak seperti bocah normal seusianya. Tangan dan kakinya kurus hanya berbalut kulit.

Dalam keseharian, saat tiba lapar maupun haus, Yunior hanya bisa memberi sinyal dengan menangis di hadapan ibundanya.

"Lahirnya normal dan tak ada gejala buruk. Namun ketika memasuki umur tiga bulan, muncul benjolan seperti dua tanduk di kepalanya. Kami mulai panik saat itu," kata Purminah saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (25/5/2017).

(Baca: Dari Penderita Hydrocephalus Jadi Pecatur Kelas Dunia)

Saat itu juga, Purminah bersama suaminya, Sunardi (38) mencoba memeriksakan kondisi Yunior ke Dokter Spesialis Anak di Purwodadi, Grobogan. Oleh dokter, Yunior disarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit Elisabeth Semarang.

"Lalu akhirnya kami bawa ke RS Moewardi Solo. Kata dokter, Yunior menderita Hydrocephalus yakni ada cairan pada otaknya. Dokter bilang bahwa kondisi Yunior sangat berisiko jika dilakukan operasi. Sejak saat itu kami hanya merawatnya di rumah karena sudah tak ada biaya untuk terapi," tutur Purminah.

Hari demi hari berlalu, kepala Yunior pun perlahan mulai membesar. Yunior juga acap kali terserang demam tinggi yang membuatnya terus meronta kesakitan.

(Baca: Derita "Hydrocephalus", Bocah Hadiah Hanya Berbaring Sepanjang Hidupnya)

"Yunior susah makan dan minum. Terkadang kalau menangis dihibur oleh kakaknya Ardita Febiyana Putri yang kini duduk dibangku kelas tiga SD," pungkas Purminah.

Sementara itu, Ayah Yunior, Sunardi berharap ada dermawan yang tersentuh hatinya untuk membantu biaya perawatan Yunior. Terlebih lagi, semakin hari kondisi Yunior kian memprihatinkan.

"Kami berharap ada bantuan dari pemerintah atau dermawan yang membantu menyembuhkan anak saya. Kami sudah tak punya apa-apa lagi. Kami ingin Yunior bisa hidup normal," imbuh Sunardi.

Kompas TV Siswa Penderita Kanker Tulang Ikut UN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com