Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

10 Tahun Bui akibat Cacing Ajaib

Kompas.com - 22/05/2017, 07:01 WIB
Kompas TV Ambil Cacing, Petani Ini Terancam Dipenjara 10 Tahun
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Pertanyaannya, mungkinkah Didin merusak dengan menebang pohon seluas setengah kawasan Monas seorang diri hanya selama 2 pekan? Sulit untuk dibayangkan.

Tapi yang perlu digaris bawahi, setidaknya, Didin adalah tersangka satu-satunya sampai saat ini dalam kasus perusakan lahan di dekat puncak Gunung Pangrango.

Apa yang terjadi?

Apa yang yang sesungguhnya terjadi tidak ada yang tahu sebelum semuanya diputus di tingkat Pengadilan.

Saya mencoba masuk ke dalam hutan di lereng Gunung Gede-Pangrango. Saya berjalan lebih kurang satu jam mendaki gunung. Di tengah hutan saya menemukan tumbuhan Kadaka alias Pakis Sarang Burung.

Saya pun meminta kepada teman dari yayasan Pecinta Alam Surya Kadaka Mandiri untuk melihat adakah cacing sonari di dalamnya, tanpa merusak tumbuhan itu.

Dan, apa yang saya dapatkan?

Cacing besar itu menyeruak di antara lipatan tumbuhan Kadaka. Ukurannnya, panjang 20 centimeter dengan diamter sekitar 2 centimeter. Cacing terbesar yang pernah saya lihat seumur hidup.

Saya mendapat kesimpulan, tidak perlu naik sampai puncak gunung untuk mendapatkan cacing sonari karena di sekeliling saya banyak sekali terdapat tumbuhan Kadaka.

Lalu pertanyaanya, kenapa Didin ditangkap karena mencari cacing di Puncak Gunung?

Semua ini saya tanyakan ke Kepala Polisi Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Adison. Ia meyakini dari hasil penyelidikan timnya, Didin telah merusak lahan seluas 35 hektar.

Lalu pertanyaan saya, bagaimana mungkin? Adison menjawab, Didin melakukannya dengan bantuan anak buah sebanyak 40 orang.

Muncul dua pertanyaan lain saya. Pertama, mengapa setelah dua bulan tersangkanya hanya tunggal, Didin seorang. Terlebih saat saya berkunjung ke rumah Didin yang hanya berjarak kurang dari 1 km dari markas Polisi Hutan, sangat memprihatinkan.

Rumahnya yang terlihat amat sederhana itu ternyata dipinjamkan dari salah satu kerabatnya. Untuk mengontrak rumah saja, Didin tak mampu.

Lalu, pertanyaan kedua saya, bagaimana ia bisa memiliki anak buah sebanyak 40 orang? Hal yang sulit dibayangkan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com