Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nursyida Syam Ajak Ibu dan Anak di Kaki Rinjani Gemar Membaca

Kompas.com - 18/05/2017, 12:42 WIB
Karnia Septia

Penulis

Wajar jika untuk memulainya pun sangat sulit. Ibu dua anak ini bahkan sempat gagal saat membentuk klub baca di Lombok Timur.

Kala itu, pada tahun 2006, Nursyida bersama empat orang kawannya, yakni Eka, Nining, Vita dan Cici, mendirikan klub baca perempuan di Selong, Lombok Timur.

Karena sama-sama suka membaca, mereka memulai gerakan gemar membaca. Rumah Nursyida pun dijadikan markas klub baca. 

Berkat dukungan Lalu Badrul Islam, suami Nursyida, klub baca ini sempat berjalan. Tapi tahun 2008, rekan-rekannya banyak yang pindah ke luar daerah, ada yang pulang ke Medan dan Yogyakarta sehingga perjuangan Nursyida menjadi lebih berat.

Dia pun akhirnya memilih pindah ke kampung halamannya di Lombok Utara bersama keluarga kecilnya.

"Karena kayaknya Lombok Timur itu medannya agak keras, agak susah, bagaimana caranya meyakinkan bahwa ini (membaca) sebuah gerakan yang bagus untuk masyarakat," tuturnya.

Hijrahnya ke Dusun Prawira, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara menjadi titik balik perjuangan Nursyida membumikan budaya membaca. Ia bersama suaminya memulai semuanya dengan menyediakan 200 judul buku.

Kini Klub Baca Perempuan memiliki 24 cabang yang tersebar di Lombok Utara. Tak terasa, 11 tahun sudah Nursyida berjuang. Dia seolah tidak pernah bosan dengan apa yang dilakukannya.

Segala rintangan yang dihadapi selalu menjadi bumbu agar semangat menyebarkan virus membaca tetap menyala. Seperti saat mengajak ibu rumah tangga di desanya untuk membaca, awalnya sangat sulit.

Tapi bukan Nursyida kalau gampang menyerah, mantan jurnalis ini akhirnya memilih pendekatan kearifan lokal agar warga memahami pentingnya membaca, termasuk menarik minat baca para ibu melalui kelas bedah resep.

"Dari buku resep makanan, ada bahan yang praktis yang tidak semua orang duga. Seperti daun kelor bisa jadi burger, ubi jalar jadi brownies misalnya. Sebenarnya mudah, tapi orang-orang nggak punya ilmunya. Itu yang kami praktikkan," kata wanita yang akrab disapa Ida ini.

Setiap minggu, Klub Baca Perempuan juga mengadakan acara 'Silaq Batur'. Silaq Batur dalam bahasa Indonesia berarti 'mari kawan'. Sebuah ajakan yang berarti mari kawan membaca menulis dan bertutur, diambil dari singkatan BATUR (Baca, Tulis dan Tutur).

Silaq Batur diawali dengan senam bersama di lapangan kabupaten. Lapak buku pinjam gratis untuk masyarakat umum pun digelar. Siapapun boleh meminjam buku, baik itu anggota klub baca maupun yang bukan anggota Klub Baca Perempuan.

"Alhamdulillah dari sana istilah literasi itu sudah tidak asing. Kalau dulu jangankan masyarakat awam, pejabat saja masih banyak yang bertanya apa itu literasi. Sekarang sudah mulai jadi isu yang diperbincangkan," kata Nursyida.

Berkat kegigihan Nursida menggaungkan budaya membaca, saat ini semakin banyak ibu dan remaja putri yang tertarik untuk membaca. Bahkan mereka sudah menjadi relawan untuk mengkampanyekan kegiatan gemar membaca.

Nursyida percaya, untuk membuat Indonesia yang hebat harus dimulai dari keluarga. Dalam hal ini, ibu memegang peran penting dalam keluarga.

Untuk bisa menciptakan generasi-generasi unggulan, seorang ibu haruslah cerdas. Sebab, Ibu adalah ensiklopedia pertama bagi anak untuk bertanya tentang apa saja. Ibu juga yang bisa menciptakan kebiasaan-kebiasaan termasuk kebiasaan membaca.

"Apakah anak-anak akan menjadi penonton televisi aktif atau menjadi pembaca, itu ada di tangan ibunya. Ibu yang memegang remot kontrolnya," kata Ida.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com