Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Nur Aini Melawan Kanker Tulang ...

Kompas.com - 13/05/2017, 22:40 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Dara berkulit putih itu terkulai lemas di Bangsal Cut Meutia, Nomor 8, Rumah Sakit TNI Angkatan Darat, Lhokseumawe, Jumat (12/5/2017) malam.

Kamar itu diisi oleh tiga ranjang, namun hanya dua pasien yang menempati ranjang, satu ranjang lainnya masih kosong.

Nafasnya terlihat pelan. Matanya nanar menatap langit-langit ruangan.  Dia adalah Nur Aini (16), warga Desa Alue Tingkeum, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara.

Dua tahun terakhir, dia berjuang melawan kanker tulang. Betis kanannya kini tidak bisa digerakkan. Bagian betis terlihat luka sebesar bola kasti. Bau tak sedap sedikit menyeruak dari luka itu.

Di sampingnya, sang ibu, Nur Sidah (40) setia menemani. Tangannya memegang karton bekas yang dijadikan alat pengipas, agar Nur Aini merasa sejuk.

Sudah empat hari Nur Aini berada di rumah sakit itu dengan menggunakan BPJS. Selama empat hari itu baru dokter umum yang menangani Nur Aini, karena dokter tulang sedang dinas luar kota.

“Katanya, Senin ini baru masuk dokter tulangnya,” sebut Nur Sidah.

Baca juga: Terkena Tumor Sumsum Tulang Belakang, Tiap Hari Yayuk Digendong Sang Suami

Selama dua tahun terakhir, Nur Aini menjalani pengobatan di tiga rumah sakit berbeda yaitu Rumah Sakit TNI AD Lhokseumawe, Rumah Sakit dr Fauziah Bireuen, dan Rumah Sakit Zainal Abidin di Banda Aceh.

“Tahun lalu saya sudah bawa ke Rumah Sakit Zainal Abidin. Namun, saat itu tim rumah sakit menyatakan butuh uang Rp 400.000 untuk biaya administrasi agar bisa dioperasi. Saya waktu itu sungguh tak memiliki uang sebesar itu, sehingga kami pulang lagi,” sebut Nur Sidah.

Air mata tampak menggenang di bola matanya. Sementara sang suami Zulkifli (52) lebih banyak diam. Sesekali dia menarik nafas dalam-dalam.

“Tahun lalu, dokter menyatakan kanker tulang anak saya ini masih bisa dioperasi. Sekarang ini saya sudah tidak tahu. Katanya sudah masuk kategori kanker ganas,” ujar Zulkifli.

Setiap kali orang tuanya berbicara, Nur Aini memperhatikannya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya nanar.

“Ada yang sakit nak?” tanya Nur Sidah pada anak keempatnya itu.

Nur Aini hanya menggeleng pelan.

Kanker tulang itu baru diketahui ketika Nur Aini tamat di Madrasah Tsnawiyah Swasta Peuto, Desa Mayang, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara.

Saat itu dia ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang madrasah aliyah. Namun, kanker menghentikan langkahnya.

Meski sudah mulai terasa sakit, Nur Aini masih sempat kursus menjahit. Dengan kaki yang terasa nyeri dia belajar menjahit di desanya selama enam bulan. Setelah itu, dia terbaring lemah tak bisa berjalan lagi.

“Saya ingin masuk pesantren. Ingin menjadi ustazah," katanya pelan.

Setelah itu dia memejamkan mata. Tak mau berbicara lagi. Orang tuanya berharap para dermawan membantu kesembuhan putrinya.

“Jika memungkinkan jangan amputasi. Kasihan anak gadis saya tanpa kaki,” kata Nur Sidah.

Untuk berobat memang gratis menggunakan layanan BPJS Kesehatan. Namun, kedua orang tua itu bahkan tak memiliki uang yang cukup menemani perawatan anaknya di rumah sakit. BPJS sejauh ini tak menyediakan dana pendamping pasien.

“Kami ini hanya petani. Hanya berharap dari hasil sawah. Itu pun sawah milik orang, hasilnya bagi dua. Anak kami delapan, adik-adiknya juga masih ada empat lagi yang sekolah,” kata Nur Sidah.

Malam terus merangkak. Keluarga itu terus berdoa. Sang ayah menuju mushala, melaksanakan shalat Isya sembari berdoa kepulihan putrinya.

Sementara Nur Aini terus berharap bisa segera pulih dan belajar ke pesantren. Dia ingin mendalami ilmu agama Islam.

Baca juga: Anak Menderita Hidrosefalus, Suami Terkena Kanker, Buruh Tani Ini Hanya Bisa Pasrah

Kompas TV Siswa Penderita Kanker Tulang Ikut UN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com