Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa UGM Main Teater Boneka di ICD 2017

Kompas.com - 13/05/2017, 19:45 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

Di akhir pentas, Kunta terlihat mengambil radio di atas meja kecil. Berjalan beberapa langkah Kunta meletakkan radio di atas tikar yang menghampar di lantai plasa. Kunta pun berbaring di samping radio sehingga tidur lelap yang menandakan pertunjukan teater boneka itu usai.

Selama pentas berlangsung, tak terdengar dialog verbal antara Kunta dan anjingnya. Hanya ekpresi dan gerak yang terlihat sepanjang pentas. Bukan tanpa alasan, pentas boneka teater itu memang dilakukan tanpa dialog dan hanya diiringi lagu keroncong.

"Karena gerak itu banyak makna dari pada bicara. Cukup dengan gestur orang sudah bisa memahami maksud. Sedangkan dengan dialog, orang lain juga belum tahu maksud yang dibicarakan," kata Beni.

Beni mengatakan, Pappermoon Puppet Theatre merupakan kelompok yang berupaya menghidupkan boneka di pentas teater. Teater boneka, kata dia, merupakan seni kontemperer dengan media boneka dari bahan kertas.

"Kami tidak ada batasannya. Kalau wayang berpusat sedo puppet, kalau kami lebih eksperimen, kadang tidak ada dimenis, kolaborasi dengan video, dan kolaborasi dengan wayang juga. Tidak ada batasannya," ujarnya.

Dia mengatakan, Pappermoon Puppet Theatre merupakan kelompok teater yang dibentuk April 2006 atau dua bulan sebelum gempa melanda Yogyakarta.

Dari 2006, kata dia, pihaknya memainkan banyak karakter dan bermain di sejumlah negara. Antara lain Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Skotlandia, Jerman, Italia, Jepang, Thailand, Myanmar, Singapura dan Australia.

"Teater boneka ini mencoba mengembalikan kita semua pada masa kecil. Kita bisa mainin batu itu bisa menjadi mobil atau monster," kata Beni.

"Teater boneka itu juga seni menghidupkan benda tapi berimanjinasi. Itu proses berimanjinasi," tambah dia.

Baca juga: Di ICD 2017, Peserta Akan Diajak Membuat Film Menggunakan Ponsel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com