Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah 4 Kali Mencoba Bunuh Diri, Pengidap HIV Kini Jadi Motivator

Kompas.com - 04/05/2017, 12:12 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Enam belas tahun yang lalu bisa jadi adalah saat-saat paling terpuruk bagi lelaki --sebut saja bernama Crybie (38).

Saat itu, kali pertama ia dinyatakan positif terinfeksi HIV. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu muncul di dalam tubuhnya karena penggunaan jarum suntik secara bergantian saat mengonsumsi narkoba. Dulu, dia memang adalah pengguna narkoba suntik atau penasun.

"Saya sudah pakai narkoba sejak 1992, saat masih kelas dua SMP. Saat itu, saya salah mengartikan kasih sayang," kata Crybie saat ditemui Surya, Rabu (3/5/2017).

Crybie hidup di lingkungan pesantren, sedang kedua orang tuanya kerap tidak di rumah.

Dengan dalih butuh lingkungan yang bisa menerima dan memperhatikannya, Crybie mencoba masuk ke komunitas pengguna napza.

"Saya bisa diterima di komunitas itu dengan syarat mau mengonsumsi obat-obatan narkotika," kata pria yang tinggal di Surabaya Selatan ini.

Baca juga: Lima Peserta Pesta Seks Kelompok Gay di Surabaya Positif HIV

Seminggu sekali, bersama 16 temannya, ia selalu berkumpul di sebuah tempat untuk menggelar pesta narkoba.

Dalam pesta narkoba itu, empat jarum suntik dipakai bergantian.

"Tahun 2001, akhirnya saya lakukan tes. Setelah satu per satu 16 teman terdekat saya itu meninggal. Dari tes itu ternyata saya positif HIV," sebut Crybie.

Kenyataan itu membuat Crybie stres dan putus asa. Ia bukannya berhenti menggunakan narkoba, tapi justru balas dendam.

"Karena depresi, saya sempat melakukan percobaan bunuh diri sebanyak empat kali. Dua kali sengaja overdosis," ucapnya

"Tetapi masih tertolong. Lalu yang ketiga saya coba gantung diri, tapi tertolong. Dan yang terakhir mencoba menabrakkan diri ke mobil," tambah dia.

Kondisi Crybie sempat drop seiring sistem kekebalan tubuhnya yang terus menurun. Di 2005, kadar CD4, jenis sel darah putih yang diserang virus HIV, bahkan sampai 13 . Padahal, normalnya bisa 800 lebih.

"Saat itu saya sempat lumpuh dan amnesia. Dokter memvonis hidup saya tinggal dua minggu," katanya.

Segala terapi pernah ia coba dan gagal. Ia pun masih menggunakan napza.

Kemauan sendiri

Ia baru berhenti mengonsumsi napza setelah ibunya memberi nasihat bahwa yang bisa menyembuhkan adalah kehendak dari diri sendiri.

"Akhirnya saya sadar dan bertekad sembuh. Saya mencoba menerima keadaan. Saya yakin ada rahasia Tuhan di balik semua ini," ujarnya.

Kini, ia aktif memotivasi pada penderita HIV/AIDS. Ia menjadi salah satu motivator bagi pecandu napza agar segera lepas dari jeratan narkoba.

Bagi para pengidap HIV/AIDS, ia meminta agar bijaksana. "Terbuka dengan orang terdekat dan orang yang disayang. Jaga kondisi diri dan pasangan, jangan menularkan pada yang lain cukup di diri kita saja," ucap bapak satu anak ini.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Berikut daftar layanan konseling yang bisa Anda kontak:

Gerakan "Into The Light"

Facebook: IntoTheLightID
Twitter: @IntoTheLightID
Email: intothelight.email@gmail.com
Web: intothelightid.wordpress.com

(Surya/Fatimatuz Zahro)

Baca juga: Berpotensi Konflik, Pemilihan Miss Waria Duta HIV/AIDS Dibatalkan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com