Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perahu Pustaka Jelajahi Pesisir Sulawesi agar Anak-anak Bisa Membaca

Kompas.com - 02/05/2017, 21:20 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

 

Saat ini, pihaknya tengah membuat Perahu Pustaka 3 dengan kapasitas lebih besar. Pengerjaannya masih lama karena sambil mengumpulkan dana.

"Pembuatannya bisa mencapai Rp 60 juta, pengerjaannya kita cicil. Kalau ada uang dikerjakan lagi sama pembuat perahunya," tambahnya.

Selama kegiatan, pihaknya tidak menemui hambatan atau kendala karena masyarakat menerima dengan baik.

"Untuk di pesisir kita diterima baik, kan sebelumnya saya sudah sering berlayar juga. Ada pengalaman Perahu Pustaka 1 terbalik di laut pada 13 Maret 2016, tepat pada hari peresmian Nusa Pustaka karena muatanya banyak dan saat itu Bang Maman Suherman ada dalam perahu," kenang mantan wartawan Radar Sulbar ini.

Hampir semua warga di pantai berkerumun berupaya menyelamatkan mereka dan ratusan buku basah.

Tiga relawan penggerak

Menurut Ridwan, ada delapan relawan yang menggerakkan Armada Pustaka. Namun, hanya tiga yang aktif karena selebihnya mereka telah memiliki pekerjaan tetap sehingga baru bisa membantu kegiatan Armada Pustaka bila ada waktu.

Para relawan ini diberikan kesempatan untuk mengikuti beberapa kegiatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan di luar Sulbar.

"Belum lama ini Urwa dan Ashari kita kirim untuk pelatihan di Maros dan akamodasinya Armada Pustaka yang tanggung. Bulan Juni nanti di Bali, Urwa dan Ashari kita kirim lagi, lalu mereka akan share ke teman-teman yang lain," tambahnya.

Urwa (26), pria lulusan Fisip ini bergabung di Armada Pustaka sejak tahun 2015. Tetapi, ia sudah mengenal Ridwan sejak masih di bangku kuliah dan sering diskusi.

Meski tidak digaji, ia bekerja untuk mengabdi kepada masyarakat. Begitu juga orangtuanya tidak komplen dan menyetujui anaknya menjadi relawan di Armada Pustaka.

"Biasanya orang sudah sarjana, pingin jadi PNS dan cari proyek. Itu kan percuma kuliah tinggi dan urus kampung orang lain tanpa urus kampung sendiri jadi hampa ilmunya," ungkap Urwa di Nusa Pustaka.

Pria yang juga kerabat dekat almarhum Baharuddin Lopa, mantan Jaksa Agung RI ini bercerita bahwa pengalaman yang berharga selama menjadi relawan, ia bisa mengetahui psikologi anak-anak dan mengenal banyak karakter orang yang dijumpainya.

"Saya kan khusus bawa ATV keliling wilayah pedesaan dan kampung-kampung di atas bukit, jadi saya belajar otodidak mendekati anak-anak dan tau apa buku kesukaanya," terangnya.

Menurutnya, jika membawa buku ke daerah pegunungan tentunya harus mengetahui medan yang akan dilalui. Misalnya peralatan harus dipastikan sudah beres dan bukunya tidak perlu banyak akibat akses jalan rusak.

"Motivasi saya gabung adalah panggilan hati nurani. Saya hanya bermodalkan kesabaran dan keikhlasan menjadi relawan di sini," tutur relawan yang biasa mengendarai ATV Pustaka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com