Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perahu Pustaka Jelajahi Pesisir Sulawesi agar Anak-anak Bisa Membaca

Kompas.com - 02/05/2017, 21:20 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

 

Sebelumnya, Armada Pustaka mengantar buku-buku ke daerah pengunungan dengan Motor Pustaka, namun sering rusak. Selain Perahu Pustaka, ungkap Ridwan, pihaknya juga memiliki Becak Pustaka, Bendi Pustaka dan Motor Pustaka.

"Setiap pakai ATV Pustaka saya dengan Urwa buat film pendeknya di Youtube dan posting di medsos, kang Maman Suherman dan temannya pengusaha bantu kami dana beli ATV lagi," tambahnya.

Setelah memiliki dua ATV, Armada Pustaka langsung meresmikan alat transportasi itu ke Palu, Sulawesi Tengah, untuk menghadiri peringatan Hari Aksara Internasional.

Sejak itu, Armada Pustaka juga banyak mendapat donasi dari Jakarta dan membuat Perahu Pustaka 2 untuk rute jarak dekat. Jika musim barat, maka perahu pustaka tidak berlayar mengantar buku ke wilayah pesisir.

"Kan ini daerah wisata, rencananya itu Ashari selaku nakhoda kapal jika ada wisatawan bisa pakai perahu. Jadi keuntungannya dibagi dua, untuk yang urus perahu dan operasionalnya," tambahnya.

Perahu Pustaka 1 telah mengarungi tiga provinsi, mulai dari Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan paling jauh Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Sagori, Kabaena, Kabupaten Bombana.

"Tantangannya itu kalau berlayar jauh tentunya operasional, saya bawa tiga pelaut dan gaji harian kita bayar Rp 100.000 per orang selama satu minggu. Belum lagi biaya BBM dan logistik," ujarnya.       
   
Rencananya, Perahu Pustaka Pattingaloang akan berlayar ke Kepulauan Bala-Balakang, perbatasan Provinsi Sulawesi Barat dengan Provinsi Kalimantan Timur, pasca bulan Ramadhan, untuk membuka lapak buku di pulau tersebut.

"Kita akan dibantu perusahaan operator pelabuhan di Jakarta, kita sudah dibantu 20 pelampung. Kita berlayar jauh saat musim timur, kalau musim barat tidak," jelas Ridwan.

Untuk Armada Pustaka bergerak itu diprioritaskan untuk aksara dasar, sedangkan Nusa Pustaka sudah tahap membaca, konsultasi dan mencari referensi.

"Banyak yang datang di Nusa Pustaka itu konsultasi skripsi, advokasi lingkungan. Kalau pustaka bergerak itu sederhana saja kegiatannya, tidak berat, kayak rekreasi," tukasnya.

"Kita harus perhatikan anak-anak pulau. Kayak di pulau Sagori itu anak-anak Bajo yang tidak pernah lihat buku-buku berwarna," tambahnya.

Namun demikian, Ridwan yakin, dari puluhan anak-anak pasti ada satu atau orang terekam di memorinya dan mulai rajin membaca.

"Kalau targetnya datang bawa buku dan anak-anak jadi juara kelas tidak mungkin," tegas pria yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com