Mayoritas murid merupakan penduduk setempat yang tinggal tak jauh dari SDN 1 Suwatu. Sejauh ini, pihak sekolah berspekulasi memanfaatkan tiga ruangan yang tersisa, termasuk perpustakaan untuk proses belajar mengajar.
Sebanyak 100 murid harus menuntut ilmu dengan bergantian memakai tiga kelas yang ada.
Siswi kelas V SDN 1 Suwatu, Mira Ramadhani, mengaku tidak nyaman belajar dengan kondisi seperti ini.
Bahkan akhir-akhir ini, ia dan teman-temannya mulai dirundung ketakutan karena tiang kayu penyangga kelasnya pun sudah mulai usang.
"Terkadang harus diganjal dengan kayu lain agar tidak ambruk. Kalau hujan deras disertai angin kencang, kami dipulangkan. Kami takut ketiga ruang yang tersisa ini bakalan ambruk. Bagaimana mau belajar dengan nyaman kalau begini"? tanya Mira.
Kepala SDN 1 Suwatu, Kusno, mengatakan, bangunan sekolah mulai didirikan pada 1982. Namun pada perkembangannya, beberapa ruang kelas berangsur menunjukkan kerusakan pada struktur bangunannya.
Baca juga: Banjir dan Angin Kencang di NTT, Puluhan Rumah dan Sekolah Rusak
Karena dinilai membahayakan bagi keselamatan murid dan guru, akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk mengosongkan atau tidak memfungsikan lagi lima ruang kelas pada tujuh tahun lalu.
"Kami sudah berkali-kali mengajukan proposal anggaran perbaikan ke Dinas Pendidikan tapi belum ada tanggapan," terang Kusno.
Kini para guru dan siswa-siswi SDN 1 Suwatu berharap Pemerintah Kabupaten Grobogan supaya sudi memperhatikan nasib mereka. Mereka menuntut fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.