Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2017, 08:55 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Seorang siswa di SDN Lowokwaru 3, Kota Malang, mengaku disetrum oleh kepala sekolahnya. Akibatnya, siswa itu mengaku mengalami gangguan kesehatan.

Siswa itu berinisial RA. Didampingi oleh ibunya, Anita, ia mengatakan bahwa penyetruman yang dianggap sebagai terapi itu dialaminya pada Selasa (25/4/2017) pekan lalu.

Baca juga: Aathifah, Siswa Kelas 1 SD Sudah Membaca 127 Buku dalam 6 Bulan

Ketika itu, ia baru saja melaksanakan shalat dhuha berjamaah dan diminta untuk tetap tinggal di dalam mushala sekolah.

"Sebelum disetrum disuruh meditasi selama 10 menit dengan menutup mata," kataya kepada Kompas.com, Minggu (30/4/2017) malam.

Setelah meditasi selesai, siswa itu diminta untuk berdiri di atas papan yang dialiri oleh tegangan listrik. Ada dua papan yang teraliri tegangan listrik. Satu diminta untuk tempat berdiri siswa dan satu lagi untuk tempat berdiri kepala sekolah itu.

Selama proses penyetruman berjalan, kepala sekolah itu memegang sebuah tespen untuk memastikan aliran listrik masuk ke tubuh siswa itu.

"Tespennya ditaruh di dahi juga di telapak tangan. Katanya kalau nyala banyak (terang) berarti banyak bohong kepada orangtua," jelasnya.

Proses penyetruman itu tidak berlangsung lama. RA mengaku hanya berlangsung selama sekitar tiga menit. Namun selama itu, ia merasakan ngilu pada dahi dan tulang tangan kanannya.

Selain dirinya, RA mengaku ada tiga siswa lainnya yang mengalami perlakuan sama dalam waktu bersamaan, yaitu MK, MZ dan MA.

Setelah menjalani penyetruman itu, keempat siswa itu mengalami gangguan kesehatan yang berbeda-beda. Ada yang merasa pusing, lemas hingga mimisan.

Anita, orangtua RA mengaku mendapat informasi penyetruman kepada anaknya itu dari teman-temannya di sekolah.

"Di rumah dia sempat mimisan. Tapi tidak mengaku," katanya.

Setelah ia mendapati informasi apa yang terjadi kepada anaknya, ia bersama orangtua siswa lainnya yang juga mengalami hal yang sama langsung mendatangi pihak sekolah pada Kamis (27/4/2017), dua hari setelah kejadian.

Kepada para orangtua siswa itu, pihak sekolah tidak menampik adanya penyetruman dan mengaku melakukannya untuk tujuan terapi listrik. Pihak sekolah juga mengeluarkan pernyataan permintaan maafnya karena melakukan terapi itu tanpa sepengetahuan orangtua siswa yang bersangkutan.

Baca juga: Kedapatan Main Judi Biliar, 20 Siswa SMP Ditangkap Polisi

Pihak sekolah juga berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Pernyataan tertulis itu ditandatangani oleh Kepala SDN 3 Lowokwaru, Tjipto Yhuwono.

"Pernyataan dikeluarkan oleh pihak sekolah dan bermaterai," katanya.

Sementara itu, Kepala SDN Lowokwaru 3 Kota Malang, Tjipto Yhuwono enggan dikonfirmasi terkait terapi listrik itu. Kepada Kompas.com, ia enggan menjelaskan tentang terapi listrik yang dilakukannya kepada siswanya itu.

"Ngapunten enggih. Besok saja ketemu. Sekarang saya masih ada acara," katanya, Senin (1/5/2017).

Kompas TV Aparat Polres Lebak, Banten, menangkap tiga orang tersangka penjual kunci jawaban soal Ujian Nasional tingkat SMA.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com