Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tewaskan 10 Orang, Ini Pemicu Banjir Bandang Magelang

Kompas.com - 01/05/2017, 00:19 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Banjir bandang menerjang Desa Sambungrejo dan Desa Citrosono, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (29/4/2017) sore. Data terakhir, jumlah korban tewas akibat bencana itu mencapai 10 orang, tiga luka berat dan dua orang masih hilang.

Selain itu, sedikitnya 50 rumah dan fasilitas umum hancur tergerus meterial banjir berupa batu, lumpur, dan batang pohon.

Catatan Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupetan Magelang, bencana banjir bandang dipicu oleh hujan yang sangat deras mengguyur kawasan perbukitan di kaki pegunungan Andong dan Telomoyo itu beberapa hari terakhir.

Hujan menyebabkan lereng bukit longsor beberapa hari sebelum banjir terjadi. Material longsor berupa batu dan tanah itu menutup selokan kecil di tengah permukiman Desa Sambungrejo hingga membentuk seperti bendungan.

(Baca: Korban Banjir Magelang Ditemukan, Ada Jenazah Ibu dan Anak Berpelukan)

"Bendungan dari meterial longsor itu kemudian terisi oleh air hujan secara terus menerus, volume air meningkat, dan puncaknya Sabtu sore kemarin bendungan itu tidak sanggup menahan air hingga akhirnya jebol, jadilah banjir bandang," ucap Edi Susanto Kepala Pelaksana BPBD Magelang, Minggu sore.

Banjir itu mampu menghancurkan apapun yang dilewatinya, bahkan bangunan rumah bisa rata dengan tanah. Sebab, material banjir yang terbawa berupa batu-batu besar, lumpur, sampai belasan kayu batang pohon.

"Aliran banjir terpecah sampai tiga aliran, kejauhannya mencapai 3-4 kilometer dari titik awal,menghancurkan apapun yang dilewatinya," imbuh Edi.

Bupati Magelang Zaenal Arifin mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk waspada dan mengenali lingkungannya sendiri, terlebih yang tinggal di pemukiman perbukitan rawan bencana alam. Sebab, hal-hal yang tidak disangka bisa saja menjadi sumber bencana besar seperti banjir bandang di Desa Sambungrejo ini.

(Baca: Magelang Tanggap Darurat Bencana Selama 7 Hari)

"Ini kejadian pertama kali di Desa Sambungrejo, awalnya hanya dari selokan kecil yang lebarnya tak sampai 1 meter. Namun selokan tertutup material, lalu terisi air hujan terus sampai jebol. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan semuanya," ujar Zaenal, di lokasi musibah.

Akibat kejadian ini, pihaknya telah menetapkan status darurat bencana Magelang mulai 29 April - 6 Mei 2017. Status ini berlaku untuk semua wilayah Kabupaten Magelang karena bencana terjadi di beberapa kecamatan lainnya, antara lain di Srumbung, Ngablak, Mungkid, Salaman dan Borobudur.

"Karena bencana ini menimbulkan korban jiwa lebih dari 5 orang maka kami tetapkan status darurat bencana sampai 7 hari kedepan," katanya.

Sementara itu, sebagian besar mereka masih mengungsi di rumah-rumah kerabat mereka namun ada juga yang masih bertahan di rumah masing-masing. Zaenal menyatakan siap menyediakan apapun yang masih dibutuhkan masyarakat terdampak bencana ini.

"Yang pasti kami sudah siapkan posko, di Balaidesa Sambungrejo jaraknya sekitar 40-50 meter dari lokasi bencana, di sana cukup luas, segala sesuatunya sudah kami siapkan," paparnya.

Kompas TV Petugas Cari 5 Korban Banjir Bandang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com