Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban Tanah Longsor Ponorogo Masih Was-was...

Kompas.com - 22/04/2017, 07:45 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Kendati sudah enam hari tinggal di kamar barak pengungsian, sejumlah keluarga korban masih was-was bila hujan deras mengguyur Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo.

Apalagi, tiga hari yang lalu, banjir bandang berisi material longsoran tanah dari bukit mengubur dua rumah di sektor D.

"Kalau hujan biasanya pada di luar rumah. Kami masih takut kalau ada longsor lagi," kata Suparning, salah satu pengungsi yang ditemui di barak pengungsian di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jumat (21/4/2017) sore.

Dia mengatakan, saat hujan mengguyur, terkadang dia tidak bisa tidur karena khawatir bakal terjadi bencana susulan. Apalagi barak pengungsian berada sekitar 50-an meter dari lokasi bencana tanah longsor.

Hanya saja Suparning mengaku lebih nyaman tinggal di barak ketimbang menginap di rumah warga. Pasalnya, barak pengungsian lebih memberikan privasi dan kenyamanan warga.

(Baca juga: Pelajaran Kehidupan dari Anak-anak Korban Tanah Longsor Ponorogo)

Senada dengan Suparning, Yahmi (60) yang pindah ke barak pengungsian dengan anaknya, Sareh (30), sepekan lalu, juga masih trauma dengan bencana yang menimbun 32 rumah warga.

Dia dan keluarga makin khawatir ketika hujan mengguyur lokasi barak pengungsian. Mereka menyaksikan sendiri banjir bandang menghanyutkan tiga rumah di Dusun Krajan, Rabu (19/4/2017), dan membawa lumpur ke bawah.

Butuh normalisasi

Muhlis Al Alawi BUTUH NORMALISASI --Di sektor inilah warga membutuhkan normalisasi kali agar tanah longsor susulan dan banjir bandang tidak menerjang rumah warga yang berada di bawahnya.
Agar tanah longsor susulan tidak lagi terjadi sehingga bisa mengubur rumah warga dan fasilitas pemerintah yang berada di sektor D, warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo membutuhkan normalisasi kali yang berada di sektor itu.

"Di sektor D dibutuhkan normalisasi kali agar bisa menghambat laju tanah bila terjadi longsor susulan dari atas. Masalahnya di sekitar sektor D masih banyak pemukiman warga dan fasilitas pemerintah seperti kantor desa, gedung sekolah dan polindes," ujar Kepala Desa Banaran, Sarnu, Jumat sore.

Sarnu menuturkan, normalisasi kali dengan melebarkan dan membuat lebih dalam sungai yang sudah ada. Pasalnya bila longsor susulan atau banjir bandang terjadi maka dengan kondisi sungai saat ini tidak akan mungkin menampung material yang jatuh dari bukit.

Dia mengatakan, persoalan itu sudah disampaikan kepada pemerintah kabupaten. Namun hingga saat ini normalisasi belum dilakukan pemerintah.

Sarnu menyebutkan, warga yang memiliki rumah tinggal di sektor D dan sekitarnya merasa was-was bila terjadi longsor susulan dan banjir bandang.

(Baca juga: Lokasi Longsor Ponorogo Ditetapkan sebagai Zona Merah)

 

 

Kompas TV Namun, terdeteksi akan ada bencana longsor susulan, petugas pun meminta semua tim untuk berhenti melakukan pencarian dan menyelamatkan diri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com