Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suwardono Meninggal Setelah Pulang dari Rumah Sakit...

Kompas.com - 17/04/2017, 12:02 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Suwandono (45) warga Desa Sidodadi, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu meninggal dunia karena tidak mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Yunus dengan alasan kuota BPJS Kesehatan tidak bisa melayani lebih 5 hari.

Suwandono meninggal pada Minggu (16/4/2017) sekitar pukul 14.00 WIB. Sebelumnya Suwandono telah lima hari dirawat di RSUD M. Yunus karena mengalami penyakit komplikasi.

Menurut pihak keluarga, Suwandono telah disuruh pulang oleh dokter padahal penyakit yang diderita pasien belum sembuh. Alasan pulang karena kuota BPJS Kesehatan tidak dapat melayani jika lebih dari 5 hari.

"Menurut cerita, Suwandono sudah disuruh pulang dengan alasan BPJS tidak dapat menanggung pengobatan jika lebih dari lima hari. Jadi pasien disuruh pulang dan mengurus surat rujukan lagi untuk kembali ke rumah sakit mendapatkan pengobatan," ucap seorang kerabat korban, Sakidi, Minggu (16/4/2017).

Suwandono keluar dari rumah sakit pada Sabtu (15/4/2017) rencananya pihak keluarga akan mengikuti saran rumah sakit untuk mengurus rujukan ulang dan kembali ke rumah sakit pada Senin (17/4/2017).

Namun, takdir berkata lain, pada Minggu (16/4/2017), Suwandono meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya.

Ratusan warga tampak berkumpul merasakan duka yag dirasakan keluarga Suwandono.

Baca juga: Beralasan Tak Leluasa Bantu Warga, Bupati Gowa Ajukan Uji Materi UU BPJS

Sementara itu, Koordinator Posko Pengaduan Kartu Indonesia Sehat (KIS), BPJS, Bengkulu, Yogi, menyebutkan, tidak benar bahwa BPJS hanya melayani pasien hingga lima hari.

"Tidak ada dalam aturan BPJS ada batasan hari dalam melayani anggotanya, misalnya lima hari, lalu disuruh mengurus rujukan untuk mendapatkan perawatan lagi, tidak benar itu," ucap dia.

BPJS sebut dia, melayani anggotanya yang sakit hingga sembuh tidak ada batasan hari.

Sementara itu, perwakilan manajemen RSUD M Yunus, Aprianto, juga membantah pihaknya menerapkan aturan kuota BPJS pada pasien.

"Kami tahu pasien atas nama Suwandono memang pernah dirawat, dia kami suruh pulang bukan karena alasan kuota BPJS tapi hasil dokter dia telah sembuh," sebutnya saat dikonfirmasi.

Ia mengatakan, RSUD M.Yunus akan merawat pasien hingga sembuh dan keputusan itu ada pada dokter yang menangani.

Baca juga: Ada Indikasi 1 Juta Klaim Fiktif, Ini Jawaban BPJS Kesehatan

BPJS berkuota?

Kasus BPJS berkuota dalam penelusuran Kompas.com dalam satu tahun terakhir marak di Bengkulu. Terdapat tiga kasus serupa yang diketemukan. Dari tiga kasus tersebut dua di antaranya meninggal dunia.

"Ayah saya pemegang BPJS mengalami sakit dirawat di rumah sakit sudah tiga hari dirawat disuruh pulang karena alasan kuota BPJS hanya tiga hari, kalau mau kembali harus mengurus rujukan ulang," ujar Usmin warga Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu.

Ridwan Marigo, warga Kota Bengkulu, juga menceritakan kasus serupa yang dialaminya tiga bulan lalu. Ia memiliki keluarga yang menderita sakit bahkan makan menggunakan bantuan selang. Namun rumah sakit meminta pulang.

"Saudara saya akhirnya meninggal karena tidak mendapatkan perawatan, hanya minum susu yang dialirkan menggunakan selang," tutupnya.

Warga berharap pemerintah meluruskan informasi BPJS berkuota tersebut sehingga tidak menyesatkan. Selain itu pemerinah diminta untuk melakukan investigasi jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan BPJS di rumah sakit.

Baca juga: Risma: Tahun Ini, 12.000 Guru Ngaji Dijamin BPJS Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com