Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Berita Populer Nusantara: Otak Pembunuhan Satu Keluarga Ditangkap hingga Ibu Terpaksa Bawa Jasad Bayi di Tas

Kompas.com - 17/04/2017, 06:00 WIB

Kini, kondisinya semakin membaik setelah dioperasi karena bagian kepalanya retak setelah dihantamkan ke dinding oleh para pelaku.

Kakek Kinara, Wagiman (66), mengaku bersyukur cucunya itu selamat. Namun, selama menjalani perawatan, Kinara kerap memanggil-manggil nama ibunya.

Ibu Kinara adalah salah satu dari lima korban tewas dalam pembantaian satu keluarga yang diotaki Andi Lala. Selain itu, ayah Kinara, saudara-saudara, dan neneknya juga tewas.

"Tiap malam itu di rumah sakit nangis terus. Mungkin dia rindu sama ayah dan ibunya. Ya, kalau malam, Kinara panggil nama ibunya terus," ungkap Wagiman, Sabtu (15/4/2017).

Baca selengkapnya di sini
Baca juga: Satu Keluarga Dibunuh di Medan, Anak Balita Ditemukan Selamat di Kolong Tempat Tidur

3. Ibu yang Digugat 3 Anaknya Berupaya Jual Tanah Senilai Rp 10 Miliar

Kontributor Baubau, Defrianto Nekke Karena harta warisan, seorang ibu di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Fariani (51), digugat oleh tiga orang anak kandungnya sendiri. Ketiga anaknya menuntut harta warisan berupa beberapa bidang hektar tanah sekitar Rp 15 miliar dan rumah milik Fariani dan almarhum suaminya, Ipda Purnawirawan Matta.
Fariani (51), yang digugat ketiga anak kandungnya terkait warisan, saat ini sedang berupaya menjual beberapa hektar lahan senilai Rp 10 miliar peninggalan suaminya, Ipda Purnawirawan Matta.

Hasil penjualan lahan tersebut akan ia bagikan kepada ketiga anaknya, AS (32), NS (30) dan PW (22), yang mengajukan gugatan di Pengadilan Agama Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

“Saya sedang upayakan untuk menjual tanah buat anak-anak. Tanah yang mau dijual ada sekitar Rp 10 miliar,” kata Fariani, Sabtu (15/4/2017).

Tanah yang dijual ada di daerah Kabupaten Boombana di Poleang. Ia mengatakan, jual tanah tidak seperti menjual permen atau kacang.

Baca selengkapnya di sini
Baca juga: Penggugat Sang Ibu Rp 1,8 Miliar Siapkan Paket Kasih Sayang untuk Siti Rokayah

4. 5 Jam Aspin Menahan Tangis Sambil Memangku Tas Berisi Jenazah Bayinya

KOMPAS.com/FIRMANSYAH Tas pakaian yang digunakan Aspin untuk menyembunyikan jenazah bayinya, tampak Sri Sulasmi ibu bayi berpakaian warna biru
Kisah pilu pasangan Aspin Ekwandi dan Sri Sulismi, warga Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.

Tak mampu menyewa ambulans untuk membawa jenazah bayinya, ia terpaksa menyembunyikan jenazah anaknya di dalam tas, awal April 2017 lalu.

Dengan cara begitu, ia bisa naik angkutan umum dan sang sopir angkutan umum pun tak akan mengetahui apa yang sedang dia bawa. Kisah tragis ini menyentak kesadaran publik.

Aspin menyebutkan, selama lima jam ia harus memangku tas pakaian yang berisi jenazah buah hatinya. Hatinya terasa hancur, sedih tiada kira.

Air mata terasa tumpah, namun ia harus menahan kepedihan agar pengemudi angkutan umum yang ia tumpangi tak mengetahui bahwa tas yang ia pangku adalah sesosok jenazah bayi mungil.

Baca selengkapnya di sini
Baca juga: Tak Mampu Sewa Ambulans, Aspin Sembunyikan Jenazah Bayinya dalam Tas

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com