Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tagih Dana CSR, Warga Gunungan Magetan Blokade Proyek Tol Solo-Kertosono

Kompas.com - 16/04/2017, 20:31 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MAGETAN, KOMPAS.com - Warga Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan memblokade proyek jalan tol Solo Kertosono lantaran kesal tuntutan dana kompensasi CSR untuk warga tak dicairkan PT Waskita Karya selaku pelaksana proyek, Minggu ( 16/4/2017).

"Kemarin mereka janjikan mau cairkan dana CSR sebelum tanggal 15 April. Namun cuma janji-janji saja. Makanya kami blokir jalan khusus kendaraan yang mengangkut material untuk pembangunan proyek jalan tol," ujar Pambudi, warga RT 8, RW 2, Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, Minggu ( 16/4/2017).

Baca juga: Saluran Irigasi Tertutup, Petani Blokade Akses Proyek Tol Solo-Kertosono

Aksi blokade dilakukan dengan memasang tulisan melarang masuk truk pengangkut bahan material proyek tol melalui jalan di Desa Gunungan, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan.

Budi mengatakan, dana tunai CSR yang dijanjikan merupakan kompensasi bagi warga yang terkena debu akibat pelaksanaan proyek nasional jalan tol Solo-Kertosono. Setidaknya ada 80 kepala keluarga di desanya yang terkena dampak debu akibat proyek itu.

Akibat proyek itu, kata Budi, data kecamatan menyebutkan 25 persen warga di sekitar proyek terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setelah proyek jalan tol mulai berjalan.

Tak hanya itu, para pedagang juga mengaku hasil jualannya turun karena efek debu proyek jalan tol.

Ia menyebutkan bantuan CSR untuk warga sudah disepakati bersama dengan diketahui lurah, camat dan kapolsek. Kesepakatannya, sebelum tanggal 15 April dana itu sudah cair.

"Mereka janji sejak dua minggu lalu," ungkap Budi.

Budi menegaskan warga akan tetap memblokade jalan sepanjang tuntutan mereka tidak dipenuhi. Warga mempersilakan kendaraan pengangkut material melewati jalan lain untuk sampai di lokasi proyek.

Ia menambahkan, selama proyek berjalan warga sudah terkena dampak debu selama dua tahun. Warga pun harus kerepotan membersihkan rumah dan halaman setiap harinya.

"Jangan kami selama dua tahun disuruh makan debu terus. Tiap hari kalau menyapu tiga empat kali. Apalagi diteras bisa lebih," tandas Budi.

Sementara itu, Kepala Lapangan PT Waskita Karya, Gusti Nengah S mengatakan, PT Waskita Karya tidak pernah menjanjikan dana tunai kompensasi bagi warga yang rumahnya terdampak debu proyek tol.

"Kalau janji, tidak ada janji, Pak. Mereka yang mengajukan permintaan dan menuntut agar mendapatkan kompensasi uang tunai. Sementara aturan perusahaan kami dana CSR tidak bisa disampaikan dalam bentuk tunai," kata Gusti, Minggu ( 16/4/2017) sore.

Menurut Gusti, selama ini, PT Waskita sudah membangun jalan cor sepanjang perumahan warga. Selain itu, penyiraman jalan untuk meminimalisasi polusi debu.

"Terakhir warga meminta kompensasi uang tunai. Hal itu tidak bisa dipenuhi lantaran secara aturan melanggar hukum. Dan, pengeluaran dana CSR semua ada aturannya," ungkap Gusti.

Lain halnya kalau permintaan itu berupa pembangunan fasiltas umum warga, maka bisa dipenuhi. Namun warga harus mengajukan proposal terlebih dahulu.

Ditanya bilamana warga terkena sakit karena debu dampak proyek, Gusti menjelaskan warga dapat mengajukan proposal permintaan bantuan seperti obat-obatan dan peralatan kesehatan seperti masker penutup hidung dan mulut.

Baca juga: Tol Solo-Kertosono Dibangun, Makam di Sawahan Madiun Dipindahkan

Menyoal warga banyak terserang ISPA, Gusti menyatakan pernyataan itu berlebihan. Pasalnya setiap hari petugas menyiram jalan tanpa menghitung jumlahnya.

"Begitu kami lihat jalan kering maka kami langsung siram air," kata Gusti.

Atas aksi warga, tim Waskita Karya akan melakukan pendekatan untuk memberikan pengertian kepada warga setempat dan menggalang seluruh pihak.

"Apalagi jalur fungsional mau diaktifkan saat lebaran sesuai permintaan Presiden RI Joko Widodo. Kalau ada persoalan ini kami jadi agak pesimis untuk menyelesaikannnya," tandas Gusti.

Kompas TV Proyek Tol Pejagan-Pemalang tahap dua di Kabupaten Tegal dan Pemalang, Jawa Tengah baru mencapai 35 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com