Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Satu Keluarga di Medan dan Rasa Aman yang Mahal

Kompas.com - 12/04/2017, 07:00 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Kinara (4) sedang tidur nyenyak di RS Bhayangkara Medan, Senin (10/4/2017). Selang infus menempel di hidungnya. Luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya masih jelas.

Kinara adalah satu-satunya anggota keluarga yang selamat dari pembunuhan sadis di rumahnya di Pasar I Gang Tengah, Lingkungan 11, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Sumatera Utara, Minggu (9/4/2017) dini hari. Dia ditemukan luka-luka di kolong tempat tidur.

Ayahnya, Riyanto (40), beserta ibunya, Sri Ariyani (35), serta kedua kakaknya, Naya (13) dan Gilang (8), dan juga neneknya, Sumarni (60), tewas dalam pembunuhan tersebut.

Kepala RS Bhayangkara Medan AKBP Nyoman Eddy Purna Wirawan mengatakan, kondisi Kinara mulai pulih meski masih dalam penanganan tim medis.

KOMPAS.com/Mei Leandha Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi membesuk Kinara di Rumah Sakit Bhayangkara Polisi Daerah Sumatera Utara, Senin (10/4/2017).
"Kondisinya stabil, sudah mulai membaik dan lebih tenang. Untuk memulihkan kondisi psikologisnya pasca trauma, kami akan memberikan pendampingan secara intensif, baik secara medis maupun psikis," ungkap Eddy, Senin (10/4/2017).

(Baca juga: Bocah Kinara Korban Selamat Pembunuhan Satu Keluarga Membaik)

Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mengutuk perbuatan para pelaku pembunuhan. Erry berulang kali mencium dan mengusap-usap kepala Kinara.

"Pelaku pembunuhan ini sangat keji dan biadab. Mudah-mudahan polisi segera menangkapnya, pelaku pantas dihukum seberat-beratnya," kata Erry dengan wajah muram saat membesuk pada hari yang sama.

Dia lalu menyerahkan uang duka kepada keluarga yang menunggui Kinara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, lanjutnya, siap membantu biaya pendidikan Kinara kelak jika diperlukan.

Mahalnya rasa aman

Sekretaris Komisi A DPRD Sumatera Utara Sarma Hutajulu mengatakan, pihaknya secara khusus sudah membicarakan tingginya angka kriminalitas di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan, kepada Polda Sumut sejak sebulan lalu.

Masyarakat, menurut dia, sudah merasa terancam dan takut dengan aksi-aksi kriminalitas yang terbilang sadis dan nekat yang hampir setiap hari terjadi.

"Rasa aman dan hak masyarakat untuk bebas dari rasa takut sudah kita bicarakan sejak sebulan lalu dengan Polda Sumut. Masyarakat merasa rasa aman dan bebas dari rasa takut hampir tidak bisa dimiliki lagi karena tingginya angka kriminalitas seperti begal, terutama kepada perempuan dan anak," ucap Sarma.

Tribun Medan/Array A Argus Sejumlah warga kembali mendatangi rumah korban pembunuhan di Jl Kayu Putih, Gang Banteng, Lingkungan XI, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli. Warga penasaran setelah mendapat kabar pelaku sudah tertangkap, Selasa (11/4/2017).
Jika kepolisian beralasan karena terbatasnya jumlah personel, lanjut Sarma, seharusnya polisi bisa mengaktifkan partisipasi masyarakat seperti Siskamling.

Sarma mengatakan, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat itu sudah berjanji akan meningkatkan pengamanan di Kota Medan. Namun, faktanya kasus demi kasus terus bertambah, termasuk soal izin penggunaan senjata api, seperti air softgun.

"Keluhan mereka, tingginya peredaran dan penggunaan narkoba dan ekonomi menjadi faktor naiknya angka kejahatan. Ini tidak bisa jadi alasan untuk kita memaafkan kepolisian yang tidak bisa memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat. Solusi harus dipikirkan kepolisian dengan pemerintah daerah," katanya.

Untuk kejadian yang menimpa keluarga Kinara, wakil rakyat ini meminta polisi mengusut tuntas motif sebenarnya pembunuhan tersebut. Apalagi, ada anak kecil yang akan mengalami trauma seumur hidupnya.

Hasil penyelidikan, lanjutnya, harus dipublikasikan segera supaya khalayak mengetahui duduk masalahnya dan bisa menilai kecepatan kinerja polisi dalam mengungkap kasus-kasus kriminalitas di Kota Medan.

"Apalagi ini menjelang Lebaran, pasti kebutuhan meningkat dan kriminalis tinggi. Untuk kasus Mabar, pelakunya harus dihukum matilah, tidak cukup hukuman maksimal. Perbuatannya sudah tidak manusiawi lagi," tutur Sarma.

(Baca juga: Pembunuh Satu Keluarga di Medan Diduga Kerabat Dekat, Rumah Digeledah)

Hal senada juga dikatakan advokat dan pemerhati sosial Rina Sitompul. Menurutnya, keamanan dan kenyamanan masyarakat sudah di taraf mengkhawatirkan. Kejahatan sudah sering terjadi di siang hari yang ramai. Keamanan saat ini menjadi barang yang mahal.

"Rasa aman itu mahal..." ucapnya.

Tribun Medan/Indra Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Nurfalah dan Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting tampak hadir dan mendampingi dilakukannya Identifikasi oleh Polisi di rumah terduga pelaku pembantaian satu keluarga di Medan, Selasa (11/4/2017).
Bisa jadi, kata Rina, disebabkan tingkat kepedulian lingkungan yang terus menurun dan antisipasi aparatur keamanan yang tidak mampu membendung penurunan tatanan kepedulian sosial.

Konteks kepedulian misalnya pola komunikasi sesama telah berubah. Dulu, antisipasi sesama di lingkungan tempat tinggal dengan kerap berkomunikasi, lalu melakukan rutinitas yang membangun emosianal.

"Ditambah lagi posko keamanan siskamling yang sudah hilang dari peredaran lingkungan saat ini. Kemerosotan rasa memiliki, di tambah polemik strata sosial yang sekarang menjadi jurang yang menimbulkan konflik, bahkan rasa ketidaksukaan yang bisa mengancam keselamatan diri," ujar Rina.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Ginting yang dikonfirmasi mengatakan, belum ada perkembangan penyelidikan pembunuhan satu keluarga itu. Tim, lanjut dia, masih terus bekerja untuk mengungkap dan menangkap pelaku.

Ditanya soal tingkat kriminalitas meningkat yang membuat masyarakat merasa terancam dan takut, Rina menyebutkan, Polda Sumut dan jajarannya terus meningkatkan kegiatan kepolisian seperti meningkatkan patroli, penyuluhan agar masyarakat patuh hukum, meningkatkan pengamanan swakarsa serta melakukan penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan.

Tapi membutuhkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan kejahatan seperti mengaktifkan siskamling, pemasangan CCTV di lokasi objek vital dan permukiman.

"Kriminalitas itu banyak faktor penyebabnya, setiap kasus berbeda, multi factor causa, diantaranya bisa karena faktor ekonomi, lingkungan sosial, dampak kecanduan narkoba, dan sebagainya. Harus diteliti secara akurat. Makanya seluruh stake holder harus berperan, tidak bisa diserahkan kepada polisi sendiri. Lembaga pendidikan, keagamaan, orangtua dalam keluarga harus berperan," tutur Rina.

Nasib Kinara

Terkait nasib Kinara yang kini sebatang kara, Rina mengatakan, trauma yang dialami korban harus secepatnya diantisipasi. Apalagi, dia menyaksikan dan mengalami langsung kejadian tersebut.

"Sebagai anak balita, daya rekamnya kuat, pemerintah diharapkan memberikan korban trauma healing. Khususnya pendampingan psikolog guna mengembalikan daya rekam yang dialami anak. Badan perlindungan anak dan perempuan harus menjadi garda terdepan dalam memfasilitasi penanganan trauma anak. Kejadian Mabar diharapkan menjadi yang terakhir. Sudah saatnya pemerintah mencoba membangun satgas dalam pencegahan tingkat kerawanan sosial," tegasnya.

 

KOMPAS.com/Mei Leandha Kinara (4) dirawat intensif di RS Bhayangkara Medan. Kinara adalah balita empat tahun yang selamat dari pembunuhan sadis di rumahnya di Pasar I Gang Tengah, Lingkungan 11, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Sumatera Utara, Minggu (9/4/2017) dini hari.

Sarma menambahkan, Dinas Sosial Provinsi Sumut harus segera mengambil tindakan kalau keluarga dekatnya tidak ada yang bisa mengasuh.

"Pemerintah dalam hal ini dinas sosial harus memberikan pengasuhan, trauma healing. Kita minta korban menjadi anak negara kalau tidak ada keluarganya yang mau mengasuhnya, wajib memberikan perhatian penuh dan perlindungan," ungkap Sarma.

Di tempat terpisah, Psikolog Irna Minauli mengatakan, Kinara perlu mendapatkan penanganan psikologis yang tepat agar dapat beradaptasi dengan baik. Dan wajib mendapatkan perlindungan dari pemerintah atau lembaga terkait sebab dia juga terancam karena menjadi saksi kunci kasus pembunuhan terhadap seluruh keluarganya.

"Trauma yang dialami anak yang selamat dari bencana yang menghabisi nyawa seluruh anggota keluarganya, biasanya menjadi semakin besar. Selain dihantui ketakutan, juga disertai rasa bersalah karena hanya dia yang selamat," tutur Irna.

Dirinya meminta pihak kepolisian yang menangani kasus ini untuk memahami kondisi psikologis anak sehingga tidak buru-buru mengorek keterangan dari korban. Jika penanganannya tidak tepat, maka trauma yang dirasakan anak akan semakin besar sehingga informasi yang di dapat menjadi tidak akurat.

"Tanda-tanda trauma yang biasa muncul adalah mimpi buruk serta terjadi regresi yaitu kemunduran dalam perkembangan anak. Misalnya anak menjadi ngompol padahal sebelumnya sudah bisa ke kamar mandi sendiri," ungkapnya.

Direktur Minauli Consulting ini menjelaskan, metode yang biasa dilakukan untuk anak misalnya dengan terapi bermain (play therapy) atau menggambar (art therapy). Namun anak perlu merasa aman dahulu supaya mau bekerja sama dengan penyidik.

Sebelumnya diberitakan, Riyanto (40), Sri Ariyanti (40), Sumarni (60), Naya (13) dan Gilang (8) ditemukan tetangganya tewas bersimbah darah pada Minggu (9/4/2017). Sementara Kinara (4) ditemukan di kolong tempat tidur dalam keadaan kritis akibat luka-luka di sekujur tubuhnya.

Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara, mengidentifikasi korban, dan meminta keterangan saksi-saksi namun belum bisa menyimpulkan modus operandi dan menangkap pelaku.

Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel menduga, antara korban dan pelaku saling kenal. Sementara Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Yemi Mandagi menyebutkan, hasil pemeriksaan sementara, pembunuhan sudah direncanakan.

Pelaku menggunakan senjata tajam untuk menghabisi korbannya dilihat dari luka-luka di tubuh para korban. Setelah membunuh para korban, pelaku diduga mengambil ponsel dan sepeda motor korban.

Polda Sumut sudah membentuk tiga tim yang terdiri dari Unit Jatanras Polda Sumut, Polres Pelabuhan Belawan dan Polsek Medan Labuhan untuk mengungkap kasus ini. Masing-masing tim berjumlah 10 sampai 15 personel. Identitas pelaku sudah diketahui, tim sedang bekerja sama untuk menangkap pelaku.

(Baca juga: Suami, Istri, Dua Anak dan Mertua Dibunuh di Medan)

 

Kompas TV Kondisi Terkini Korban Selamat Pembunuhan Sadis di Medan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com