Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syahroni, Bocah 11 Tahun yang Rela Menjual Es Campur demi Buku Sekolah

Kompas.com - 11/04/2017, 21:22 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS.com - Seorang bocah dengan keringat bercucuran masuk ke dalam rumah sederhana di Lingkungan Watubuncul Kelurahan Boyolangu Kecamatan Glagah Selasa (11/4/2017).

Kepada Kompas.com, bocah yang bernama Syahroni (11) mengaku baru saja pulang dari mencari rumput untuk makan kambing tetangganya. Biasanya, sepulang sekolah Syahroni berjualan es campur keliling desanya. Pekerjaan itu sudah dilakoninya sejak setahun terakhir.

"Tapi sudah 4 hari libur jualan soalnya hujan terus. Jadi gantinya habis sekolah biasanya bantu tetangga cari rumput buat kambing. Dibayar berapa saja saya terima kadang juga dapat makan," jelas siswa kelas 6 SD Banjarsari 1 tersebut.

Anak dari pasangan Sugito dan Syahrana itu bercerita bahwa dia berniat bekerja untuk meringankan beban bapak dan ibunya.

Modal untuk jualan es ia dapatkan dari mengumpukan plastik dan barang bekas. selain itu gerobak es yang digunakan untuk berjualan juga ia buat sendiri.

"Rangka gerobaknya saya tukar dengan sepeda saya rusak terus saya perbaiki sendiri habis Rp 100.000. Terus modal beli bahan es campurnya habis Rp 30.000. Uangnya saya kumpulkan dari kerja cari barang rongsokan selama beberapa hari," ucapnya.

Dengan modal Rp 30.000, Syahroni membeli buah-buahan, cincau, dan kolang kaling yang dia titip belanjakan dari pedagang sayur keliling.

Karena tidak memiliki lemari es, Syahroni membeli es batu 3 bongkah dengan harga satu bongkah Rp 1.000.

Dia menyiapkan dagangannya selepas pulang sekolah dan sekitar jam 13.00 siang mulai berkeliling kampung untuk menjajakan es campur yang dijual Rp 3.000 per porsi.

"Biasanya satu hari dapat uang Rp 60.000. Nanti uangnya diputar lagi buat modal dan untungnya di simpan buat bayar buku biar enggak ngerepotin bapak dan ibu. Alhamdulilah selalu laku kalau masih sisa ya buat adek sama bapak ibu di rumah," jelasnya.

Selain berjualan es campur, beberapa kali dia juga membawa dagangan cilot yang dibuat oleh ibunya. Saat ditanya apa cita-citanya, bocah yang bertubuh gempal tersebut berkata hanya ingin melanjutkan sekolah.

"Tapi saya enggak tau apa bisa meneruskan sekolah atau tidak. Bapak sudah tua, kasian ibu dan adik saya," katanya pelan.

Sementara itu Syahrana, ibu kandung Syahroni mengaku tidak pernah memaksa anaknya untuk berjualan es campur. Untuk kebutuhan sehari-hari, Syahrana mencari daun pisang yang kemudian dijual oleh suaminya ke pasar di dekat rumahnya.

"Satu lembar daun pisang saya jual Rp 1.000. Penghasilannya enggak tentu. Yang penting cukup buat makan," ujarnya.

Ia mengaku ingin menyekolahkan anaknya sampai menjadi sarjana tapi terbentur dengan biaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com