Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Misteri Kasus Taruna Nusantara

Kompas.com - 11/04/2017, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

“Ada dua pertanyaan dari kasus pembunuhan di SMA Taruna Nusantara. Pertama, mengapa pembunuhan bisa dilakukan dengan senyap, padahal ada puluhan siswa lain di barak yang sama? Kedua, apakah sekolah ini tidak menemukan potensi kejanggalan pada tersangka, pada saat tes seleksi masuk sekolah ini?"

PERTANYAAN di atas, saya buka pertama kali, sebelum saya memutuskan untuk mengambil tema soal pembunuhan di SMA elite di negeri ini, SMA Taruna Nusantara (SMA TN).

Dua pertanyaan mendasar setelah saya mempelajari kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh seorang remaja yang berusia 16 tahun.

Saya merasa senang, ketika tawaran saya diterima oleh pihak SMA Taruna Nusantara. Kala itu adalah Cecep Iskandar, guru senior yang sekaligus bertugas menjadi Kepala Humas SMA TN.

Saya dan tim program AIMAN, bahkan diperkenankan untuk masuk satu per satu ke dalam barak-barak siswa, yang orangtua pun belum pernah memasukinya, apalagi wartawan dari media manapun.

Apa yang saya dapat?

Ada 36 siswa dalam satu barak. Mereka begitu akrab bercengkrama satu dengan yang lain, meski tanpa menghilangkan ciri khas mereka, disiplin ala militer-menyapa dengan...,"Siap, mohon izin," dan selalu berterima kasih setiap berinteraksi dengan saya.

Sulit rasanya membayangkan pembunuhan sadis itu bisa terjadi di barak yang diisi oleh siswa-siswi pilihan ini. Tapi, faktanya demikian.

Kompas.com/Ika Fitriana Proses Reka Ulang Pembunuhan Siswa SMA Taruna Nusantara di Carrefour Magelang, Senin (3/4/2017).

Pada Jumat dini hari, persis di hari terakhir bulan Maret 2017 lalu, kabar mengejutkan itu terjadi. Kresna Wahyu Nurachmad, tewas. Ia mengalami luka parah di bagian leher. Saya mencari tahu soal ini.

Baca juga: Jadi TKP Pembunuhan, Barak 17 SMA Taruna Nusantara Akan Direnovasi

Pertanyaan pertama terjawab, mengapa ada pembunuhan di tengah barak yang dihuni 36 siswa, dan tidak ada satupun yang tahu? Saya tanyakan ke guru-guru senior di sekolah ini.

Mereka pun bingung bukan kepalang. Tak ada yang menyangka, tersangka bisa melakukannya dengan super-senyap. Lalu bagaimana jawabannya? Jawabannya adalah, tersangka yang berinisial AMR, telah melakukan “riset” sebelumnya.

Dugaan bahwa perencanan terhadap kasus ini telah dilakukan sebelumnya, juga semakin kuat, tatkala polisi menetapkan tersangka dengan pasal pembunuhan berencana. Pasal pembunuhan yang paling berat ancaman hukumannya.

Jika dikenakan pada orang dewasa, hukuman mati adalah hukuman maksimalnya. Sementara jika pelakunya anak, maksimal 10 tahun penjara.

Malam hari sang tersangka menginap di bangunan barak korban, yang bukan tempat tidurnya. Ada dugaan untuk menghindari CCTV yang berada di lorong asrama, yang akan tertangkap kamera bila pindah ke barak di waktu dini hari, dan masih banyak cerita lain yang saya dapatkan.

Banyak cerita off the record, yang tentu saya tidak bisa ceritakan di sini. Saya dapatkan cerita-cerita tersebut, dari dalam lingkungan sekolah dan juga luar sekolah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com