PONOROGO, KOMPAS.com — Sejumlah pengungsi korban tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo mulai terserang penyakit mual dan pusing.
"Para pengungsi sudah merasa tidak nyaman dan gelisah selama tinggal di pengungsian. Perasaan tidak nyaman itulah yang menyebabkan kembung, mual, dan pusing," kata Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo, Rahayu Kusdarini, Kamis ( 6/4/2017).
Menurut Rahayu, walau tempat pengungsian bagus, namun lamanya waktu orang mengungsi akan menimbulkan kejenuhan hingga stres. Bila dibiarkan, akan membahayakan bagi pengungsi.
(Baca juga: Polisi Perketat Pintu Masuk Longsor Ponorogo)
Selain pengungsi, sambung Rahayu, sejumlah relawan juga terserang beberapa penyakit, di antaranya diare. Ia mengaku mendirikan sejumlah posko kesehatan sesaat setelah longsor menghantam daerah tersebut.
Setiap pos kesehatan dijaga tiga orang, terdiri dari dua perawat dan satu dokter. Untuk memberikan kenyamanan pengungsi, pihaknya akan membangun barak penampungan yang bersekat.
Ia berharap, barak itu bisa memberikan kenyamanan bagi warga ketimbang tinggal di rumah pengungsian.
(Baca juga: Butuh Ternak, Pengungsi Longsor Ponorogo Berharap Dibantu Uang Tunai)
Sementara itu hingga hari keenam pascabencana, sejumlah pengungsi yang menjadi korban tanah longsor masih berisitirahat di titik-titik rumah pengungsian. Rata-rata pengungsi beristirahat di rumah warga hanya beralaskan tikar.