Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegaran Ariska Kehilangan Keluarga Besarnya di Longsor Ponorogo

Kompas.com - 03/04/2017, 22:26 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Dwi Ariska (18), warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo nampak tegar. Tak ada air mata ataupun keluhan yang keluar dari mulutnya.

Padahal suami, Sumaryono (23) yang baru menikahinya dua tahun lalu hilang ditelan longsor. Begitupun dengan orangtuanya Pujianto (50) dan Siam (45), tak akan lagi menemani hidupnya.

"Anak saya yang bisa memberi kekuatan dan ketabahan menjalani semua cobaan ini," ujar Ariska sambil mengajak anaknya Humaira (3 bulan) bercanda, Senin (3/4/2017).

Tak hanya suami dan orangtuanya, Ariska juga kehilangan enam kerabatnya yang tengah memanen jahe. Keenam kerabatnya itu yakni paman dan bibinya, Situn dan Tolu, serta empat kerabatnya Menit, Jadit, Katemon dan Suyono.

(Baca juga: Evakuasi Korban Longsor Ponorogo Diprediksi hingga Sebulan)

 

Ariska menjelaskan, petaka yang menimpa keluarganya bermula saat suami, orangtua, paman, bibi, serta empat kerabatnya pergi ke ladang untuk memanen jahe, Sabtu (1/4/2017) pagi sekitar pukul 07.00.

"Usai sarapan, suami, orangtua, paman dan bibi saya berangkat ke ladang untuk panen jahe yang tak jauh dari rumah tempat kami mengungsi. Kebun jahe itu berada di belakang tempat tinggal kami yang sudah kami kosongkan dua pekan terakhir," tutur Ariska.

Selama mengungsi, ia bersama suami, anak, dan orangtuanya tinggal di rumah pamannya yang bernama Tolu. Tak disangka, Tolu dan Situn yang selama ini memberikan tumpangan pengungsian juga ikut tertimbun tanah longsor.

Sebenarnya, sambung Ariska, jahe yang tumbuh di kebunnya baru enam bulan sehingga belum memasuki usia panen.

"Bapak saya khawatir kalau tidak dipanen segera nanti akan habis disapu tanah longsor. Makanya pagi itu, bapak saya ajak suami dan ibu untuk panen jahe gajah di kebun," ungkap Ariska.

(Baca juga: Cerita Warga Terdampak Longsor Ponorogo yang Melahirkan Saat Mengungsi)

 

Setelah suami serta orangtuanya pergi berangkat ke kebun, ia memandikan putrinya. Seusai memandikan ia menggendong putrinya di luar rumah pamannya dan melihat tanah dari tebing mulai berguguran menuju kebun jahe yang sedang dipanen keluarganya. 

"Tiba-tiba tanah berguguran dan langsung longsor menerjang ke bawah menimbun kebun jahe milik keluarga kami. Sambil menggendong Humaira, saya langsung berteriak mengucapkan Allahuakbar, Allahuakbar," tutur Ariska sambil memeluk anak pertamanya itu.

Usai berteriak, Ariska berusaha lari menuju lokasi longsor. Namun, beberapa orang yang tinggal di rumah pamannya menghalangi dan menariknya. 

Pasca-longsor, Ariska mengaku lemas. Ia kehilangan semua orang yang selalu bersamanya. Kini satu-satunya yang dapat menghibur dirinya adalah anaknya, Humaira. Ia berjanji akan membesarkan Humaira dengan segala kemampuannya.

"Nanti saya akan tinggal di tempat saudara dan bekerja menjadi petani di kebun," ucapnya. 

Kompas TV Bantuan Berdatangan Untuk Korban Longsor Ponorogo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com