Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Berteriak Memanggil Anak Saya, tetapi Rumah Sudah Tertimbun Tanah..."

Kompas.com - 03/04/2017, 08:48 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Ismiatun, warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo tak menyangka sarapan yang dihidangkan, Sabtu (1/4/ 2017) pagi itu merupakan hari terakhir ia melihat Katemi (ibu mertua), Cikrak (bude), dan anaknya semata wayang, Iwan Danang Suwandi.

Katemi, Cikrak, dan Iwan terkubur hidup-hidup saat tanah longsor yang berasal dari bukit menimbun rumah pasangan suami istri, Kateni dan Ismiatun. Beruntung saat kejadian, Kateni berada diluar rumah.

"Pagi itu saya menyiapkan sarapan pagi untuk Mbah Katemi dan Bude Cikrak. Tetapi belum sampai makan saya mendengar suara di luar seperti suara pesawat lewat. Penasaran, saya lalu keluar dari rumah untuk melihat pesawat, " ujar Ismiatun yang ditemui di depan Posko Identifikasi Korban Tanah Longsor Banaran, Minggu ( 2 / 4 / 2017) .

Baca juga: 1,5 Jam Menggali, Petugas Temukan Satu Jasad Korban Longsor Ponorogo

Ismiatun dan suaminya, Kateni menunggui proses identifikasi dari tim terhadap jasad Katemi dan anaknya Iwan, dua korban hilang tertimbun yang ditemukan di ujung longsoran tanah.

Setelah keluar dari rumah, Ismiyatun melihat tanah dari atas bukit longsor disertai pohon-pohon tumbang. Ia pun langsung lari ke dalam rumah menarik tangan Katinem dan Cikrak.

"Kemudian saya lari ke dalam ambil mbok (Katinem) dan bude (Cikrak) dan menarik kencang tangan mereka tetapi keduanya lepas," tutur Ismiatun.

Lima meter ia keluar dari rumah, tiba-tiba Ismiatun ingat anak semata wayangnya. Ia berteriak sekuat tenaga memanggil Iwan. Namun apa daya cepatnya tanah longsor sudah menimbun rumahnya. "Saya berteriak memanggil anak saya. Tetapi rumah saya sudah tertimbun tanah dan tidak ada suara apapun," kata Ismiatun.

Sebelum longsor terjadi, kata Ismiatun, tiga minggu terakhir mereka sudah mengungsi ke rumah keluarga. Tetapi bila pagi, mereka kembali ke rumah untuk masak dan kerja bertani.

Ismiatun menambahkan Iwan sering menginap di rumahnya sejak ia tidak lagi serumah dengan istrinya. Saat itu ia sempat memanggil Iwan untuk diajak sarapan namun dia tidak bangun.

Baca juga: Mensos Sebut Korban Tewas Longsor Ponorogo Dapat Santunan Rp 15 Juta

Kisah pilu juga dialami Muklas, korban hilang tanah longsor lainnya. Sebelum longsor menelan Muklas, ia sempat mengambil foto di beberapa titik longsor dan melihat warga memanen jahe.

Muklas merupakan salah satu perangkat desa yang ditugaskan mengambil foto di beberapa titik tanah longsor.

"Sebelum mengambil foto, korban sempat ditawari minum kopi di rumah temannya. Tapi ia menolak memilih mengambil foto di beberapa titik longsor," kata Misman, warga Dukuh Gondangsari, Desa Banaran, di lokasi bencana.

Misman mengatakan, perangkat desa lainnya selamat lantaran tidak ikut turun ke lokasi bersama korban. Sampai saat ini, Muklas masih belum ditemukan.

Baca juga: Cerita Warga Terdampak Longsor Ponorogo yang Melahirkan Saat Mengungsi

Kompas TV Penampakan Desa Banaran Pascalongsor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com