Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Cerita Warga Bertemu Langsung Ular Piton di Sulawesi Barat

Kompas.com - 02/04/2017, 10:47 WIB
Junaedi

Penulis

KOMPAS.com - Jauh sebelum peristiwa ular piton sepanjang 7 meter menelan seorang petani sawit di Desa Salubiro, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, puluhan ekor ular piton berukuran besar lainnya juga kerap ditemukan warga di seantero Provinsi Sulawesi Barat.

Provinsi ini memang kerap disebut sebagai sarang ular piton. Data Konservasi Sumber Daya Alam Polisi Hutan Sulawesi Barat menunjukkan bahwa Sulawesi Barat merupakan salah satu wilayah habitat ular piton terbesar di Indonesia.

"Memang di Sulbar banyak apalagi wilayah Mamuju, bahkan Sulbar memiliki kuota perdagangan sekitar 1.000 per tahun khusus ular sanca atau piton," ucap petugas Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Polisi Kehutanan (Polhut) Resort Mamuju, Hardi, Rabu (29/3/2017).

(Baca selengkapnya: Sulawesi Barat Disebut Sarang Ular Piton, 1.000 Ekor Diperdagangkan Tiap Tahun)

Dia mengungkapkan, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar, merupakan daerah yang memiliki paling banyak ular piton.

"Gara-gara habitatnya ini terganggu oleh pembukaan lahan sawit, makanya menyebar dan hampir semua wilayah di Mamuju Tengah terdapat, apalagi di Salubiro," paparnya.

(Baca juga: Kasus Piton di Sulawesi, Bagaimana Ceritanya Bisa Memangsa Petani?)

Berikut empat catatan kemunculan ular piton di sekitar permukiman warga di Sulawesi Barat:

 

Awal Januari 2010

Warga Desa Onang, Kecamatan Tubo, Kabupaten Majene, misalnya, dihebohkan dengan munculnya seekor ular piton raksasa yang memangsa kambing ternak milik warga. Ular piton sepanjang mencapai 7,5 meter ini diduga kelaparan hingga mencari mangsa ke permukiman penduduk.

Ular tersebut pun dibunuh warga dengan menggunakan bambu runcing dan parang panjang karena khawatir memangsa manusia, terutama anak-anak. Warga mengaku kaget karena sebelumnya tak pernah melihat ular piton sepanjang 7,5 meter.

Mantan Bupati Majene, Kalma Katta, yang kebetulan melintas di kawasan tersebut juga ikut terkejut dengan ular piton berukuran besar yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Saat itu, ular piton baru saja dibunuh warga karena kerap memangsa ternak. Dia lalu meminta bangkai ular piton itu dibawa untuk kepentingan penelitian terkait satwa ular.

“Saya sendiri baru kali ini melihat piton sepanjang ini. Saya sudah minta diawetkan siapa tahu nanti bermanfaat untuk kepentingan penelitian satwa liar,” tutur Kalma.

27 September 2013

Warga Desa Kanang, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, dihebohkan dengan munculnya ular piton sepanjang 6,5 meter di kawasan permukiman penduduk.

Ular yang dikenal pemalu ini memburu mangsa hingga ke permukiman karena diduga sedang kelaparan. Selama empat hari berturut-turut warga menemukan ular sejenis sedang memangsa ternak warga, seperti kambing, ayam dan anak sapi.

Empat ekor ular piton berukuran 4 meter hingga 6 meter pun ditangkap warga. Syarifuddin, warga Desa Kanang, mengaku resah dengan kawanan ular piton tersebut.

“Sudah seringkali kami temukan ular piton. Warga mengeluh karena sering kehilangan ternak dan ayam,” ujar Syarifuddin saat itu.

Syarifuddin meyakini masih banyak kawanan ular piton di hutan di sekitar permukiman mereka. Pasalnya, warga kerap melihat ular piton berbagai ukuran kerap muncul dan hilang di sekitar permukiman.

(Baca selengkapnya: Kawanan Ular Piton Bikin Resah Warga Binuang)

12 Januari 2015

Zahir, seorang pemuda di Kelurahan Lantora, Kecamatan Polewali Mandar, terluka usai berjibaku melawan ular piton sepanjang lima meter yang masuk ke pemukiman penduduk.

Kejadiannya berawal saat ular yang diduga tengah kelaparan itu melintas di perkampungan dan menggigit Zahir yang sedang berjalan kaki. Zahir pun lalu terlibat pergumulan dengan ular yang diduga tengah kelaparan itu.

Zahir bahkan sempat terlilit ular itu, karena tak mampu mengimbangi kekuatan reptil tersebut.

Beruntung ada Amang, seorang tetangga Zahir, yang melintas di lokasi tersebut dan membantu Zahir. Ular piton jenis sanca itu baru melepaskan gigitan di tangan Zahir, setelah Amang menarik-narik ekor ular tersebut.

Menurut Amang, butuh waktu hingga satu jam lebih untuk menjinakkan ular itu. Setelah itu, sejumlah warga yang kemudian datang dapat menjinakkan ular itu dan dimasukkan ke dalam karung.

“Saya sempat menarik-narik ekornya agar bisa melepaskan gigitannya, beruntung ular ini akhirnya lepas setelah saya tarik,” ujar Amang.

Zahir yang sempat digigit ular tersebut mengalami luka parah di tangan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara, ular yang ditangkap itu akan dijual kepada para pencinta binatang dan uangnya akan digunakan untuk biaya pengobatan Zahir.

(Baca juga: Satu Jam Berjibaku dengan Ular Sanca, Tangan Zahir Terluka Parah)

20 Oktober 2015

Seekor ular piton berukuran 4,5 meter muncul di permukiman warga. Diduga sang ular sedang menyelamatkan diri saat ribuan hektar hutan di Kelurahan Sulewatang, Kecamatan Polewali, terbakar.

Ular piton ini pertama kali ditemukan sedang bergelantungan di pohon oleh warga bernama Hendrik. Sebelumnya, warga menemukan belasan ular piton melintasi permukiman mereka. Hendrik terpaksa melukai ular ini dengan parang panjang karena melawan saat akan ditangkap.

“Mungkin ularnya sedang kepanasan dan lari ke pemukiman warga. Karena khawatir menerkam ternak dan warga, terutama anak-anak, saya berusaha menangkapnya. Tetapi karena melawan, saya terpaksa memarangi kepalanya,” ujar Hendrik yang mengaku sempat bergulat dengan piton sebelum ditangkap oleh warga.

 

(Baca juga: Diukur Ulang, Ular Piton Pemangsa Petani Ternyata Capai 7 Meter)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com