Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Kunjungi Tapanuli Tengah, Sekda Bilang "Doa Kami Terjawab"

Kompas.com - 24/03/2017, 07:00 WIB

SIBOLGA, KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi tiba di Tapanuli Tengah untuk melakukan kunjungan kerja.

Pesawat Kepresidenan RJ-85 yang membawa Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana bersama rombongan tiba di Bandara Dr Ferdinand Lumban Tobing, Pinang Sori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kamis (23/3/2017) pada pukul 18.22 WIB.

Presiden datang ke Tapanuli Tengah untuk melanjutkan kunjungan kerjanya setelah meninjau Waduk Sei Gong dan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar, Pemberian Makanan Tambahan, Program Keluarga Harapan dan Kartu Indonesia Sehat di Kantor Kecamatan Galang, Kota Batam.

Di Tapanuli Tengah, Presiden dan Ibu Iriana bermalam di Kota Sibolga, ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah, lalu melanjutkan kunjungan kerja menuju Kecamatan Barus untuk meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara dan juga melakukan pembagian makanan tambahan (PMT), Jumat (24/3/2017).

Dalam rombongan itu, ikut serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Disambut gembira

Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Hendri Susanto Tobing mengatakan bahwa kedatangan Presiden merupakan momentum luar biasa karena dapat meresmikan peradaban titik nol agama di Indonesia.

"Doa kami terjawab atas kedatangan Presiden Jokowi ditandai meresmikan titik nol peradaban penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus," kata Hendri.

Dia mengungkapkan bahwa berdasarkan sejarah, bahwa penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs yang membuktikannya.

"Untuk Muslim ada situs Mahligai, situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad kelima Masehi. Diikuti perkembangan selanjutnya yang masuk melalui Timur Tengah melalui Tapanuli Tengah ke seluruh Nusantara," kata Hendri.

Menurut Hendri, dulunya Barus merupakan bandar yang besar sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk dari sini dan menyebarkan agama ke seluruh Nusantara.

Tentang konsep monumen ada tiang tiga yang menyangga bola dunia merupakan filosofi adat Batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.

Hendri mengungkapkan, Dalihan Na Tolu yang berarti tungku yang berkaki tiga merupakan filosofi kedua dalam kehidupan masyarakat Batak esensinya terbagi tiga, yaitu Somba marhula-hula (Tulang), Elek marboru (Boru), dan Manat mardongan tubu (Semarga) yang tentunya memiliki hak dan kewajiban terstruktur dan bersifat tetap.

Somba Marhula-hula merupakan istilah pertama yang bermakna bahwa seseorang harus menghormati hula-hula atau saudara laki-laki dari pihak istri (saudara laki-laki dari seorang perempuan).

Istilah kedua adalah Elek Marboru yang bermakna kelemah-lembutan dalam bersikap terhadap boru perempuan yang merupakan saudara perempuan kita.

Sementara itu, istilah ketiga adalah Manat Mardongan Tubu yang berarti ajakan untuk menjaga keakurab terhadap saudara yang semarga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com