Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setangkai Melati, Menyelamatkan Ibu Hamil Risiko Tinggi

Kompas.com - 23/03/2017, 21:58 WIB

Terus menurun

Data di Dinas Kesehatan Jepara, angka kematian bayi mencapai 191 kasus pada 2013. Pada 2014, angkanya turun menjadi 147 kasus. Pada 2015, ada 134 kematian bayi atau 6,35 persen dari 21.116 kelahiran hidup. Adapun angka kematian ibu melahirkan pada 2013 sebanyak 26 kasus, pada 2014 menurun jadi 19 kasus. Pada 2015, kematian ibu turun menjadi 11 orang dari 21.116 kelahiran hidup.

Menurut Eko, tenaga medis rutin menggelar rapat penanganan ibu hamil. Setiap bidan desa melaporkan kondisi ibu hamil di wilayah kerjanya. Mereka memiliki data ibu hamil risiko tinggi. Penanganan intensif berkelanjutan dilakukan hingga pasca-melahirkan atau nifas. Tak ada pembatasan perawatan bagi ibu melahirkan. Angka kematian ibu pada masa nifas justru lebih tinggi. Pada 2015, misalnya, dari 15 kasus kematian ibu, 6 kasus terjadi pada masa nifas.

Ibu hamil juga didorong terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kartu BPJS penting karena jika ada ibu hamil terkena hepatitis B, akan butuh biaya besar. ”Biaya sekali injeksi immunoglobulin Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Kalau ditanggung sendiri, tentu berat,” kata Eko.

Untuk memudahkan koordinasi dan berbagi informasi, di tingkat kabupaten, seluruh dokter puskesmas, dokter rumah sakit, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dan tenaga medis lain, bergabung membentuk grup Whatsapp (WA) guna tindak lanjut penanganan ibu hamil yang bersifat darurat. Pergerakan ibu hamil risiko tinggi dapat terpantau mulai dari awal hingga saat melahirkan di rumah sakit.

”Ini terkait dokter siapa yang menangani. Mengingat ibu hamil terbanyak dari keluarga miskin, ketersediaan kamar untuk pasien BPJS Kesehatan di ruang kelas III setiap rumah sakit pun bisa dikontrol,” ujar Eko.

Lewat KIH, para ibu hamil di Jepara bisa membedakan mitos dan fakta seputar kehamilan, di antaranya pantangan ibu hamil makan ikan laut karena dikhawatirkan bayinya lahir amis. Padahal, ikan justru menjadi sumber protein, vitamin, dan mineral yang penting.

”Ikut kelas ibu hamil membuat saya percaya diri menghadapi kelahiran anak saya keempat ini,” ujar Sumiharsih (38).

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Maret 2017, di halaman 1 dengan judul "Setangkai Melati, Menyelamatkan Ibu Hamil Risiko Tinggi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com