Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerai Susuk, Cara Perceraian TKW Asal Banyuwangi

Kompas.com - 23/03/2017, 13:57 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Hingga September 2016, ada 2.316 tenaga kerja Indonesia asal Banyuwangi, dan sebagian besar didominasi perempuan.

"Angka 2.316 itu yang tercatat, padahal jumlahnya yang tidak tercatat lebih banyak," katanya.

Jumlah cerai susuk

Sementara itu, Lilit juga menjelaskan, data dari Pengadilan Agama Banyuwangi menunjukkan, selama tahun 2016 per September, jumlah cerai talak hanya 740 kasus, sedangkan cerai gugat hampir dua kali lipat, yaitu 1.333 kasus dengan total 2.073 pengajuan.

"Jadi memang 64 persen adalah gugat cerai atau lebih dikenal dengan cerai susuk di Banyuwangi dan cerai talak hanya 26 persen. Bisa dilihat jumlah tenaga kerja Indonesia dan jumlah perceraian di jangka waktu yang sama, angkanya hampir sama. Dan, memang perceraian terbanyak dari tenaga kerja, dan kami simpulkan ekonomi adalah faktor utama TKW migran dan maraknya cerai susuk di Kabupaten Banyuwangi," jelasnya.

Baca juga: Mengunjungi Sekolah untuk Anak TKI Sawit di Sarawak, Malaysia

Ia mengatakan, semua proses cerai susuk biayanya ditanggung oleh pihak istri yang posisinya masih berada di luar negeri. Biasanya, mereka akan mencari pengacara untuk membantu proses perceraian.

"Jika lancar ya pihak suami tinggal tanda tangan. Tapi kadang juga ada yang nggak mau tanda tangan dan minta sejumlah uang. Angka yang diminta bisa 50 juta," jelasnya.

Lilit berharap, dengan penelitiannya tersebut, ada kebijakan-kebijakan yang bisa mengurangi angka perceraian, khususnya bagi TKW asal Banyuwangi.

"Harus ada kebijakan, apalagi saat ini Banyuwangi berada di posisi kedua di Jawa Timur untuk perceraian, dan terbanyak adalah dari tenaga kerja wanita. Termasuk solusi untuk menekan jumlah tenaga kerja asal Banyuwangi yang bekerja ke luar negeri," jelasnya.

Alasan cerai susuk

Umi Hanifah (39), warga Kecamatan Gambiran kepada Kompas.com menceritakan dia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, Anton Lasmono setelah mengetahui bahwa sang suami menjalin hubungan dengan perempuan lain.

Selain itu, uang kirimannya juga dihabiskan untuk bersenang-senang dan rumah yang rencananya diperbaiki dengan uang kirimannya terbengkalai.

"Saya dikasih tahu sama adek saya sendiri dan kirim foto mantan suami saya dengan perempuan lain. Sakit hati rasanya. Saya kerja jadi pembantu di Singapura selama 4 tahun rasanya sia-sia," kata perempuan yang baru pulang ke tanah air pada Januari 2017 lalu.

Ia kemudian meminta bantuan rekannya yang ada di Banyuwangi untuk mencari pengacara untuk membantu perceraiannya.

"Waktu itu suami saya minta uang 10 juta, ya sudah saya kasih, yang penting saya bisa pisah. Percuma juga dipertahankan. Anak-anak ikut saya sekarang dan itu alasan saya pulang," jelasnya.

Ia mengatakan, cerai susuk menurutnya adalah solusi terbaik daripada sakit hati karena merasa dikhianati.

Namun hal berbeda dialami dengan Hariri (37), warga Kecamatan Muncar. Kepada Kompas.com ia bercerita tiba-tiba saja diminta untuk tanda datangan surat cerai, padahal ia merasa hubungannya dengan sang istri yang bekerja di Taiwan baik-baik saja.

"Istri saya menganggap saya nggak bisa memenuhi kebutuhan dia, padahal saya juga kerja walaupun jadi buruh bangunan. Tapi nggk apa-apa saya tanda tangan saja dan minta anak-anak tetap sama saya, kan dia masih di Taiwan. Saya bilang sama keluarga kalau saya disusuki sama istri saya. Mau gimana lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com