Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Meninggal, Ibu Pergi ke Jawa, Bocah SD Rawat Tiga Adiknya Sendirian

Kompas.com - 13/03/2017, 10:05 WIB

SUMEDANG, KOMPAS.com - Ahmad Revan Febriana (12) terpaksa tak bisa sekolah. Bocah ini meninggalkan bangku sekolah dasar di kelas lima karena harus mengurus tiga adiknya setelah ayahnya meninggal dunia dan ibunya pergi mencari kerja.

Dia tinggal bersama tiga adiknya, Muhammad Bayu Aji (7), Audia Aprilia Salsabila (3), dan Adiba Sakila Atmarini yang masih berusia empat bulan di rumah kontrakan berdinding bilik dengan ukuran 4x6 meter.

“Bapak meninggal Desember lalu setelah stroke. Sedangkan ibu seminggu lalu pergi mencari uang dan kerja,” kata Revan saat ditemui di rumahnya pada akhir pekan.

Dia menuturkan, ibunya, Yuyun Bayu Ningrum (40), pamit ke Jawa untuk mencari uang setelah ayahnya, Priutoro Aji (54), meninggal dunia. Menurut Revan, sebelum pergi, sang ibu hanya meninggalkan Rp 30.000.

“Di sini ibu tak bisa mencari uang, ibu jualan minyak wangi dan pergi ke Jawa serta meminta saya merawat adik-adik. Saya diberi uang Rp 30.000,” tutur Revan.

Tribun Jabar/Deddi Rustandi Revan (12) merawat adik-adiknya termasuk dua yang balita sejak bapaknya meninggal dunia dan ibunya pergi mencari kerja ke Jawa.
Selama ditinggal sang ibu, praktis Revan mengurus adik-adiknya yang masih kecil.

“Kalau yang masih bayi suka dimandiin sama tetangga, banyak tetangga yang ikut membantu mengurus bayi,” katanya.

Setiap malam, mereka tinggal berempat di rumah kontrakan di Kampung Babakan Kenanga, Desa Wargaluyu.

“Ya, tinggal berempat saja kalau malam, saat siang banyak yang membantu merawat bayi,” katanya.

Bayu, adiknya yang masih berusia tujuh tahun, masih bersekolah di SD tak jauh dari tempat tinggal. Dia duduk di kelas satu.

“Saya sudah tak sekolah lagi sejak ibu mencari uang, saya harus mengasuh Audia (3) dan juga merawat adik bayi. Kalau Audia itu rewel, ogoan suka minta mainan dan ditemani terus,” kata Revan yang telaten memandikan Audia serta memberi pakaian.

Saat ditemui, Revan sedang memakaikan pakaian Audia, sedangkan adik bayinya dipangku bidan desa Susi Elvina Wahyu Niar. Adik bayinya baru lahir di rumah sakit empat bulan lalu.

“Bayinya agak panas sekarang, mungkin karena banyak yang datang menjengguk dan melihat empat anak yatim ini, rumah terus terbuka,” kata sang bidan.

Revan mengaku bisa memasak dan kerap mendapat bantuan dari tetangganya.

“Saya bisa masak, ibu yang mengajarkan termasuk bisa masak sayur sop. Tapi lebih sering bikin ceplok telor goreng dan membuat nasi goreng,” kata Revan.

Dia mengaku, tak tahu kapan ibunya pulang. Pesan ibunya hanya satu agar Revan merawat adik-adiknya.

“Ibu bilangnya mau ke Jawa mencari uang,” kata Revan.

Curhat tak punya uang

Mohamad Sahid (33), salah satu tetangga, mengaku cukup dekat dengan keluarga almarhum Priutoro Aji.

“Sering ngobrol bahkan almarhum ingin membuka usaha sablon,” kata pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pengemudi ojek ini.

Dia menuturkan, seminggu lalu, Yuyun, istri almahum Aji, mengeluh tak punya uang untuk membayar kontrakan rumah dan bayar listrik

“Dia minta diantar ke Sumedang dan naik bus. Katanya mau ke Jawa mencari uang. Dia mengatakan tak punya sama sekali, saya antar naik bus di Sumedang dan dua hari kemudian menelepon dan menyebutkan mentransfer uang Rp 50.000 untuk anaknya. Saya yang mengambil uang ke bank,” ungkapnya.

Menurut dia, saat mengantar Yuyun seminggu lalu, dia mendengar Yuyun menitipkan anak-anaknya ke tetangga yang lain.

Tribun Jabar/Deddi Rustandi Revan (12) merawat adik-adiknya termasuk dua yang balita sejak bapaknya meninggal dunia dan ibunya pergi mencari kerja ke Jawa.
“Yuyun berteriak dan menitipkan anak-anaknya ke tetangga yang sedang ada di luar. Dia sangat bingung dan minta diantar naik bus. Katanya mau ke Gunung Kawi. Terakhir saat ditelepon sudah ada di Blitar, Jawa Timur,” kata Sahid.

Keluarga almarhum Priutoro Aji diketahui sebagai pendatang dari Jakarta. Mereka mengontrak rumah di sana sejak delapan bulan lalu. Sebelumnya mereka tinggal di Panyindangan, Desa Sukahayu, Kecamatan Rancakalong, dan sempat jualan premium eceran.

"Mereka itu bukan warga Desa Wargaluyu, pendatang dari Jakarta dan mengontrak di desa kami," kata Cecep, Kepala Desa Wargaluyu, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Dia mengatakan, saat sang bapak meninggal, proses pemakaman ditanggung warga karena kondisi ekonomi mereka.

“Bahkan saya berniat mengasuh bayinya serta anak yang lainnya mau diasuh Ketua RW di sini, tapi ditolak ibunya dengan alasan bukan anak ayam yang diberikan begitu saja,” katanya.

Camat Tanjungmedar, E Heri Purnama, menyebutkan, pihaknya telah membentuk tim untuk menangani anak yatim yang ditinggal ibunya bekerja setelah bantuan terus berdatangan. Kabar Revan yang mengasuh adik-adiknya memang menjadi viral di media sosial.

“Banyak bantuan yang datang dan harus dibentuk tim untuk mengelola bantuan karena tak mungkin anak kecil itu mengatur sendiri. Tim ini juga ikut membantu mengasuh anak-anak ini sambil menunggu ibunya pulang. Kami sidah menghubungi melalui telepon tapi belum tersambung,” kata Heri.

Heri mengatakan, jika ibunya pulang, bantuan modal akan diberikan untuk memulai usaha dan membiayai kehidupan mereka.

“Untuk kepastiannya, kami menunggu dulu ibunya pulang dan kalau sulit dihubungi akan menghubungi keluarga dari bapaknya yang ada di Jakarta,” ucapnya.

Bantuan sendiri terus mengalir ke anak yatim ini. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNas) Sumedang juga mengirimkan bantuan sembako dan juga uang.

“Kami akan terus membantu keluarga ini dan nanti akan diberi bantuan modal untuk mereka, anak-anak yatim ini tak boleh terlantar,” kata Ali Badjri, Ketua BAZNas Sumedang.


Berita ini telah tayang di Tribunnews.com, Minggu (12/3/2017), dengan judul: Ibu Pergi ke Jawa, Bocah SD Ini Rawat Adik-adiknya Sendirian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com