Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mujiono, Eks TKI yang Lumpuh dengan Luka Menganga di Bokong

Kompas.com - 02/03/2017, 08:43 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MADIUN, KOMPAS.com - Mujiono (48), warga Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, terbaring lemah di dipan kayu beralaskan kasur, Rabu (1/3/2017) siang.

Pria yang pernah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) buruh bangunan di Malaysia ini tak menyangka musibah yang menimpanya enam tahun lalu bakal melumpuhkan tubuhnya.

Saat itu, dia memanjat pohon melinjo untuk mengambil buahnya. Namun, dahan yang diinjaknya patah dan dia terjatuh dari ketinggian sekitar empat meter ke tanah hingga membuatnya pingsan.

"Saat itu saya sedang mencari biji melinjo untuk dimasak. Namun saat memanjat pohon, tiba-tiba dahannya patah hingga membuat saya terjatuh dan saya langsung pingsan," kata Mujiono yang ditemui di kediamannya.

Pasca-kejadian itu, setengah badannya lumpuh. Dia tidak bisa berjalan dan hanya bisa duduk dan berbaring di kasur.

"Setelah saya jatuh, kaki saya seperti lumpuh dan tidak bisa untuk berjalan," kata Mujiono.

Setelah jatuh, sejatinya Mujiono sempat dirawat di RSUD Soedono selama satu setengah bulan. Namun, kondisi tak membaik.

"Dokter sampaikan kalau saya mengalami kerusakan kulit hingga jaringan di bawah kulit hingga menembus otot mengenai tulang. Kondisi itu terjadi lantaran pantat saya mengalami luka akibat penekanan secara terus menerus hingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah," kata Mujiono.

Saat ini, bokong sebelah kiri Mujiono berlubang hingga tembus ke bagian tulang. Kondisi itu mengakibatkan kulit luar dan daging nampak menganga. Sementara itu, bokong sebelah kananya mengalami luka hingga juga tampak bagian dalamnya. Kondisi itu diperparah dengan sakit diabetes yang diderita Mujiono.

Rindu istri dan anak

Sejak ditinggal istrinya bernama Sulami (33) bekerja ke Taiwan menjadi TKW, Mujiono menumpang hidup bersama adiknya Sunyoto (31) dan istri adiknya, Choirul (28). Dua orang itulah yang merawatnya mulai makan, minum, mandi hingga membersihkan kotorannya.

"Istri saya sudah tujuh tahun menjadi TKW di Taiwan. Tetapi sampai sekarang tidak ada kabarnya. Saat awal saya sakit, istri saya sempat menengok kesini. Setelah itu, istri saya balik ke Taiwan dan tidak pernah kembali lagi," kata Mujiono.

Tak hanya istri yang tak menjenguknya, putri semata wayangnya yang masih berusia 8 tahun dan kini ikut saudaranya di Ngawi juga tak datang lagi dalam satu tahun terakhir.

Sebagai seorang suami, Mujiono merindukan bertemu istri dan anaknya. Kehadiran anak dan istrinya tentu akan menjadi penyemangatnya untuk bertahan hidup dengan kondisi saat ini.

Mujiono hanya bisa pasrah. Dia berharap, Sulami kembali dari Taiwan ke Madiun dan mau merawatnya.

Untuk merawat Mujiono, Sunyoto yang kesehariannya bekerja sebagai satpam membawanya ke RSUD Dolopo dua minggu sekali untuk diperiksa kesehatannya sekaligus membeli obat. Meski menggunakan kartu BPJS, Sunyoto masih harus membeli beberapa obat-obatan yang tidak bisa dicover menggunakan kartu BPJS.

"Setiap bulan habis sekitar Rp 200.000 untuk membeli obat, perban dan sarung tangan," kata Sunyoto.

Meski hanya mengandalkan penghasilan dari gajinya sebagai satpam, Sunyoto tak pernah patah arang merawat anak, sekaligus merawat kakaknya. Pasalnya bila bukan dirinya, tidak ada orang lain yang akan mau merawat Mujiono.

Untuk membantu Mujiono, Sunyoto sudah berusaha menghubungi Sulami, istri kakaknya yang bekerja di Taiwan. Namun, Sulami tak pernah mengangkat telpon atau membalas SMS yang dikirimnya kendati nomer ponselnya aktif.

Di sela merawat kakaknya, Sunyono selalu memotivasi agar Mujiono tak menyerah dengan kondisi sakit yang dialaminya. Pasalnya, dokter menyatakan luka Mujiono dapat sembuh namun membutuhkan waktu yang lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com