Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Unair Ciptakan Pendiagnosis Toksoplasma seperti Pendiagnosis Kehamilan

Kompas.com - 25/02/2017, 12:14 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebentar lagi, masyarakat tidak harus ke dokter dan menghabiskan banyak biaya untuk mendiagnosis gejala penyakit toksoplasma.

Peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tengah menyempurnakan temuan alat pendeteksi dini gejala penyakit tersebut agar masyarakat bisa dengan mudah mendiagnosis toksoplasma semudah melakukan tes kehamilan.

Sejak diproduksi terbatas tahun lalu, alat yang diberi nama "Toxo Kit" itu diedarkan ke sejumlah laboratorium di Surabaya dan sekitarnya.

Perusahaan farmasi ternama sudah bersedia memasarkan produk tersebut. Namun, mereka meminta tim riset Unair untuk menyempurnakan alat tersebut agar lebih praktis digunakan.

"Saat ini, pengguna masih harus ke laboratorium untuk mengambil sampel serum untuk ditempelkan di "Toxo Kit". Saat ini kami sedang memoles alat tersebut agar bisa digunakan seperti alat tes kehamilan," kata Ketua Tim Riset "Toxo Kit', Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya, Mufasirin, Sabtu (25/2/2017).

(Baca juga: Tak Cuci Tangan Sebabkan Ibu Hamil Terinfeksi Toksoplasma)

Pengembangan juga dilakukan agar alat tersebut tidak hanya mendiagnosis toksoplasma, tetapi juga penyakit lain yang bisa didiagnosis melalui serum darah.

Bukan hanya lebih praktis dan cepat, alat tersebut diupayakan lebih mudah didapatkan masyarakat dengan harga terjangkau.

Selama ini, kata Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Hewan Unair itu, masyarakat harus ke laboratorium atau ke rumah sakit untuk mendiagnosis gejala toksoplasma.

Selain harganya mahal, diagnosis di rumah sakit memakan waktu berhari-hari. Dengan temuannya, hanya perlu beberapa menit untuk mengetahui gejala penyakit yang ditimbulkan dari protozoa hewan berdarah panas itu.

Riset untuk menemukan alat tersebut dilakukan pengajar di Departemen Parasitologi FKH Unair itu sejak 2012 hingga 2014 bersama enam orang peneliti dari Unair di kelompok studi "Toksoplasma Institute Of Tropical Disease Unair".

Pada alat tersebut, kata Mufasirin, terdapat siynal reagen yang bekerja memvisualkan reaksi antigen dan antibodi dari sampel darah yang ditempelkan.

"Jika terdapat reaksi atau positif, maka akan ada petunjuk dua pita merah, jika negatif hanya satu pita merah. Indikasi itu hampir sama dengan alat pendeteksi kehamilan," ujarnya.

Alat tersebut hanya didesain untuk melakukan diagnosis awal tentang adanya gejala toksoplasma kepada manusia.

Diharapkan, setelah mengetahui gejala awal, masyarakat bisa langsung menindaklanjutinya dengan penanganan medis.

Mufasirin mengklaim, "Toxo Kit" adalah alat pendeteksi toksoplasma satu-satunya di Indonesia. Menurut dia, ada produk serupa buatan luar negeri, tetapi itu khusus untuk hewan.

"Harganya di Indonesia masih terbilang mahal, kisaran di atas Rp 100.000. "Toxo Kit" saya harap bisa dijual di bawah harga Rp 70.000 di pasaran," ujar Mufasirin.

Protozoa toksoplasma disalurkan oleh inang definitifnya yaitu hewan kucing melakui kotoran yang dikeluarkan.

Dari kotoran itu tersebar ke berbagai makanan termasuk daging sapi yang memakan rumput yang terinfeksi kotoran kucing.

(Baca juga: Waspada Penyebaran Toksoplasma Lewat Tinja Kucing)

Tidak ditemukan gejala medis yang jelas pada manusia yang terinfeksi protzoa toksoplasma.

Pada ibu hamil, penyakit ini akan berakibat pada gugurnya kandungan atau cacat serius pada bayi yang dilahirkan.

Menurut Mufasirin, bayi hydrocephalus atau pembesaran kepala, pengecilan ukuran kepala atau bayi yang lahir tanpa tempurung kepala adalah kasus yang banyak ditemukan pada bayi yang terinfeksi toksoplasma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com