Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek Dikti: Produk Dalam Negeri Tak Kalah dengan Barang Impor

Kompas.com - 20/02/2017, 17:32 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir menganggap pengujian rubber air bag di PT Indonesia Marine Shipyard (IMS) yang telah berlangsung selama tiga bulan berjalan sukses.

Rubber air bag sendiri merupakan produk yang digunakan industri perkapalan untuk membantu proses menaikkan dan menurunkan kapal di galangan, baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi kapal bekas.

Alat bantu ini adalah buah kerja sama PT Mitra Prima Sentosa yang merupakan salah satu perusahaan penerima insentif Kemenristek Dikti untuk tahun anggaran 2016 dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Proses pengujian rubber air bag dilakukan kedua pihak tersebut dengan menggandeng PT IMS, yang beralamat di Jalan Amak Khasim III, Kelurahan Sidorukun, Kecamatan Gresik Kota, Gresik, Jawa Timur, sebagai tempat yang dipilih untuk menguji alat tersebut.

“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk memberdayakan produk dalam negeri dan mengurangi impor. Karena sebelumnya, rubber air bag yang digunakan perusahaan dan galangan kapal di Indonesia adalah impor,” ucap Nasir di sela kunjungannya ke PT IMS, Senin (20/2/2017).

Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan struktur rubber air bag saat digunakan di lingkungan sebenarnya. Nasir merasa puas setelah melihat langsung pengujian, yang menganggap kualitas rubber air bag dalam negeri tersebut tidak kalah dari barang impor.

“Sudah lihat sendiri kan bahwa produk dalam negeri yang tengah kami uji tidak kalah dengan barang impor sehingga dalam waktu dekat akan mulai kami pasarkan. Meski sebelumnya, kami masih akan bahas lagi bagaimana strategi pemasaran,” ucapnya.

Nasir juga menjelaskan bahwa komposisi rubber air bag cukup mendukung program nasional. Sebab, sebagian besar bahan baku yang digunakan adalah produk asli dalam negeri dan hanya sebagian kecil yang masih diimpor.

“Bahan bakunya dari karet. Jadi 90 persen bahan rubber air bag ini bisa diproduksi dalam negeri, dan hanya 10 persen yang masih diimpor. Karena 10 persen sisa bahan adalah cairan zat kimia yang belum bisa diproduksi dalam negeri,” tutur Nasir.

Karet sebagai bahan baku utama, dinilai Nasir, memiliki kelebihan dalam pembuatan rubber air bag berkualitas lantaran tahan sobek dan tahan gesek. Dengan kelebihan dibanding metode rel (roller) yang diterapkan sebelumnya, rubber air bag lebih efektif dalam biaya perawatan.

“Dibanding kalau pakai sistem roller, rubber air bag ini lebih efektif karena tidak butuh banyak biaya perawatan sehingga bisa lebih efisien. Selain itu, bila nantinya dipasarkan, harganya juga akan lebih murah ketimbang harus impor,” kata dia.

Dia pun optimistis rubber air bag produksi dalam negeri akan banyak diminati perusahaan maupun pihak galangan kapal di Indonesia. Hal itu dikarenakan harga beli produksi dalam negeri akan lebih murah 20 persen ketimbang impor.

“Dengan negara kelautan dan banyaknya kapal yang beroperasi akan membuat rubber air bag dibutuhkan. Ini juga dalam rangka menunjang program tol laut yang tengah diusung pemerintah sehingga kami berkeinginan turut menyukseskan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com