Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Retak Setelah Gempa di Cirebon, Empat Rumah Ambruk

Kompas.com - 19/02/2017, 15:00 WIB
Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Sejumlah warga di Desa Gemulung Lebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, bergotong-royong dan memindahkan sejumlah perabot rumah tangga, Minggu (19/2/2017). Mereka berbenah dan bersiap pindah karena tanah yang mereka pijaki retak.

Tanah retak meninggalkan celah dengan lebar 50-80 sentimeter. Bahkan titik terparah di dekat Sungai Besar Cikanci nyaris mencapai satu meter.

Akibat keretakan ini, empat rumah warga sudah ambruk, sepuluh rumah retak, dan delapan lainnya terancam.

Kepala Dusun Desa Gelumulung Lebak Maman menceritakan, kejadian bermula saat hujan besar dan banjir bandang menerjang pada 15 Februari 2017.

Pada pukul 20.00 WIB, tiba-tiba ada gempa kecil dan sesaat kemudian tanah mulai retak. Semula keretakan itu hanya berukuran kecil, namun tiap jam terus melebar.

"Di sini, 10 meter tanah turun ke sungai. Tanah tertarik dan retak. Satu jam kemudian besar. Dalamnya tidak terukur. Retaknya sepanjang 250 meteran dari jembatan sampai rumah yang di sana," kata Maman sambil menunjuk lokasi rumah korban tanah retak.

Warga bersama petugas kepolisian berkoordinasi untuk menyelamatkan jiwa warga setempat. Tempat itu telah dipasangi garis polisi agar warga mengurangi intensitas aktivitas di area terdampak bencana.

"Sebanyak 135 jiwa dengan jumlah 22 kepala keluarga terpaksa diungsikan ke balai desa dan saudara-saudaranya," kata dia.

Kondisi rumah terdampak bencana tampak porak-poranda. Dinding yang berisi bata adukan semen-pasir dan genting berserakan di tanah. Kayu dan bambu saling tumpang tindih dan sulit dirapihkan.

Sementara itu, warga terus bergerak mengangkut barang-barang yang masih dapat dipakai. Di sisi kanan kiri jalan, sebagian perabot warga masih berada di luar rumah, antar lain alat dapur, lemari pakaian, keranjang tempat tidur, dan lainnya.

Mereka juga menebang seluruh pohon besar yang tumbuh di bantaran Sungai Besar Cikanci. Mereka menumbangkan dan memotong agar beban tanah tidak terlalu berat.

Sebagian dedaunan dan ranting digunakan untuk menutup retakan tanah agar tidak semakin membesar dan juga tidak membahayakan warga yang melintas.

Ahmad Ramadhan, warga setempat, mengaku terpaksa harus mengosongkan dan meninggalkan rumah karena kondisinya kian bahaya.

Perangkat desa meminta agar warga terdampak bencana segera pindah. Barang-barang di rumah dititipkan kepada saudara terdekat.

Namun, kasihan bagi yang tidak punya saudara, mereka tak tahu tempat untuk menitipkan barang.

"Kita takut, ngeri, khawatir terjadi longsor susulan. Saya perhatikan Jumat malam Sabtu kemarin, pergerakan tanah cepat sekali. Yang punya saudara ngungsi ke saudara, yang tidak ada ya tidurnya di balai desa," ujar Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com