Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wanna, Orangutan Eks Pemain Sirkus Thailand, Kembali ke Hutan Kalimantan

Kompas.com - 18/02/2017, 05:50 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Yayasan Borneo Orangutan Survival di Nyaru Menteng dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah melepas liar 12 orangutan ke Taman Nasional Bukit Baka Bukin Raya (TNBBBR) di Kabupaten Katingan.

Salah satu orangutan di antara yang dilepas liar merupakan korban perdagangan ilegal antar negara. Dia sampai ke Thailand dan diperbudak di sana sebagai bagian dari satwa pemain sirkus.

"Kami menunjukkan bagaimana sulit, begitu lama, dan penuh kerja keras demi mengembalikan orangutan kembali ke habitatnya. Karena mereka hidupnya di alam. Lebih sulit dari mereka hanya sekadar melatih menjadikan mereka alat bisnis sirkus," kata Staf Komunikasi Yayasan BOS Nyaru Menteng, Monterado Friedman, Jumat (17/2/2017).

Wanna, nama orangutan itu, merupakan satu dari 48 orangutan yang dipulangkan dari Thailand. Dia tiba di Nyaru Menteng pada 22 November 2006, pada usia 6,5 tahun, beratnya 28 kilogram ketika itu. Dia terlihat jinak dan sangat akrab dengan keberadaan manusia.

Lolos karantina, Wanna langsung menjalani rehabilitasi di Sekolah Hutan Nyaru Menteng hingga 2013. Lulus sekolah, Wanna pindah ke hutan kecil di lingkungan BOS, disebut Pulau Kaja, untuk mempraktekkan kemandiriannya sebelum pelepasliaran.

"Orangutan betina ini cepat beradaptasi dengan lingkungan baru di Pulau Kaja. Ia suka menjelajah, pandai mencari pakan alami dan membangun sarang. Dia paling siap, makanya kita pilih," kata Monterado.

Memasuki umur 17,5 tahun, Wanna akhirnya terpilih untuk lepas liar ke habitat alaminya. Bobot tubuhnya sekarang 56,7 kg, terlihat ideal. Ia bersama 11 lainnya segera membuktikan kemampuan dan kemandiriannya hidup liar di hutan TNBBBR, Jumat (17/2/2017) ini.

"Segera menyusul orangutan repatriasi yang lain di akhir Februari ini dan Maret," kata Agung.

Tidak seluruh orangutan dari Thailand itu memiliki nasib baik seperti Wanna bisa kembali ke hutan. Agung mengatakan, hanya 70 persen dari 48 orangutan tadi memiliki peluang kembali ke hutan.

"Selebihnya ada yang mati karena tua maupun sakit. Ada sekitar 4 atau 5 individu," kata Agung.

Sementara itu, 11 orangutan yang dilepas bersama Wanna memiliki latar belakang berbeda. Kebanyakan mereka terlibat konflik dengan warga di sekitar hutan di Kalimantan. Mereka kemudian ditangkap, diikat, dipelihara, atau mengalami penyiksaan, sebelum akhirnya disita BKSDA.

Wanna sendiri mengingatkan kembali pada upaya bersama pemerintahan negara Thailand dan Indonesia memerangi perdagangan ilegal satwa. Upaya ini dilakukan menyusul temuan para aktivis tentang dugaan penyelundupan ratusan orangutan ke taman safari di pinggiran Bangkok.

Sebagian orangutan itu asal Indonesia. Mereka dijadikan alat hiburan di sirkus pertunjukan tinju orangutan. Pemerintah Thailand turun tangan. Pemerintah membantu mengembalikan orangutan itu secara berangsur.

Sebanyak 48 orangutan kembali ke Kalimantan melalui pemulangan pertama. Menyusul kemudian beberapa kali pemulangan berikutnya di 2008 hingga 2015.

Pemulangan itu kemudian membuka tabir bahwa perdagangan satwa, khususnya orangutan Indonesia, bukan hanya ke Thailand saja. Perdagangan satwa ini merambah hingga ke negara-negara lain seperti Philipina, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam dan Kamboja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com