Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akrab dan Hangat, Cap Go Meh Lintas Agama di Pecinan Tambak Bayan

Kompas.com - 13/02/2017, 05:24 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Warga Tionghoa di kampung pecinan Tambak Bayan Surabaya tahun ini merayakan Cap Go Meh dengan cara berbeda.

Jika biasanya mereka hanya merayakan dengan keluarga di rumah, kali ini mereka merayakan bersama-sama dengan kelompok penganut lintas agama.

Akrab dan hangat. Begitulah suasana perayaan hari ke-15 pasca-Imlek di tempat ini. Di bangunan tua di ujung gang yang biasa disebut Rumah Besar, umat Tionghoa kampung pecinan Tambak Bayan berkumpul, Minggu (12/2/2017) sore.

Di forum itu juga ada berbagai kelompok lintas agama, antara lain pemuda gereja, katolik, Hindu dan Buddha, serta Gusdurian dari kalangan Muslim.

Selain berdiskusi tentang keragaman, dalam forum itu juga diisi dengan pemberian santunan kepada masyarakat miskin.

Forum diskusi ditutup dengan doa lintas agama, nyanyian "Padamu Negeri", dan santap lontong cap go meh sebagai menu khas kampung pecinan Tambak Bayan saat merayakan Cap Go Meh.

Isa Anshori, penggerak Gusdurian, menyambut baik acara tersebut sebagai bukti bahwa di Surabaya, keragaman dan kebinekaan masih tetap terjaga dengan baik.

"Dalam diskusi tadi kami sepakat menolak semua paham yang mengancam keutuhan NKRI," katanya.

Dani Sumanjaya, salah seorang koordinator warga kampung pecinan Tambak Bayan, menyatakan bahwa warga kampung pecinan Tambak Bayan Surabaya sangat inklusif.

"Kami sudah puluhan tahun hidup berdampingan dengan warga asli maupun pendatang. Kerukunan dengan siapa pun tetap kami jaga selamanya," ujarnya.

Dia berharap acara Cap Go Meh lintas agama dapat digelar rutin untuk lebih menanamkan pemahaman tentang keragaman dan NKRI kepada warga. Terlebih pada saat ini di mana ancaman terhadap kehinekaan dan NKRI semakin kentara.

Kampung pecinan Tambak Bayan di Jalan Tambak Bayan, Kelurahan Alun Alun Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, antara lain dihuni oleh 50 kepala keluarga keturunan Tionghoa.

Mereka sudah turun-temurun berbaur dengan warga asli Surabaya maupun pendatang. Tidak sedikit dari mereka yang menikah dengan warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com