Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbuan Sampah di Konservasi Mangrove Balikpapan

Kompas.com - 12/02/2017, 07:18 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Sampah plastik menyerbu konservasi mangrove di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Botol minuman, kotak kemasan, bekas bungkus makanan, bahkan styrofoam bertebaran seantero kawasan. Tumpukannya makin meninggi saat air surut.

"Sampah seperti tidak pernah berhenti dan datang terus setiap kali air pasang," kata Dian Aryo, siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Balikpapan, Jumat (10/2/2017).

Kawasan konservasi mangrove Margomulyo lebih dikenal warga sebagai hutan bakau SMA 8. Hutan ini merupakan beranda belakang dari kompleks SMA Negeri 8 Balikpapan.

Di tempat itu, sesekali terdengar keriuhan suara monyet hidung belanda atau bekantan (Nasalis larvatus).

Pihak sekolah bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Balikpapan dan kelompok tani di sekitarnya merawat keberadaan hutan bakau tersebut.

Hutan ini muncul dari keprihatinan warga Margomulyo atas pembukaan masif pada pesisir untuk kegiatan industri dan pemukiman.

Sejak sekolah berdiri pada 2004, siswa ikut aktif merawat kawasan itu. Semula luasnya hanya 5 hektar.

Pemerintah kemudian menambah luas dengan menetapkan sebagai kawasan lindung dengan luas sampai 21 hektar.

Sebagai upaya perawatan, kawasan itu dipagari, diberi jalan pijakan berupa jembatan 1 meteran dan dibangun mengeliling sampai 1,5 kilometer.

Dalam perjalanannya, kawasan bakau ini menghadapi tantangan serupa mangrove di berbagai tempat di Indonesia.

Gelombang laut pasang membawa sampah ke darat dan muara. Setelah surut, sampah tertinggal di pesisir.

Begitu pula terjadi di kawasan mangrove SMA 8. Tumpukan botol minuman, kotak minuman, bungkus camilan, hingga styrofoam tersangkut di akar-akar bakau. Jadilah kawasan itu kotor dan berbau.

"Dibuang orang yang tinggal di pesisir. Sampah menumpuk di laut dan datang dari laut karena air pasang. Surut ya seperti ini," kata Dian.

Siswa turun tangan

Agus Setiawan masih duduk di kelas II SMA 8. Saban Jumat, Agus dan puluhan siswa lain selalu terjun ke lumpur mangrove untuk membersihkan sampah di akar bakau. "Aksi bersama usai sekolah," kata Agus.

Puluhan siswa itu membentuk kelompok yang dinamai Relawan Mangrove. Jumlahnya bisa sampai 100 siswa dan siswi.

Mereka menjadi relawan karena kawasan itu masuk dalam lingkungan sekolah mereka. Relawan beraksi selepas jam belajar dan biasanya dilaksanakan pada Jumat.

"Kami bisa mengumpulkan sampah sampai 20 kantong sampah, kemudian kami buang ke DKPP (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman) yang lewat," kata Dian.

"Bukan hanya sampah plastik yang didapat, bahkan ada baju dan sepatu," kata Agus.

Sampah merupakan salah satu tantangan terbesar bagi mangrove. Selain merusak kesuburan, sampah bahkan menghancurkan bibit yang baru ditanam.

"Karenanya, orang yang baru menanam bibit di sini memagari dengan jaring. Jaring menjaga bibit baru dari sampah dan satwa perusak," kata Dian.

Sampah merupakan salah satu dari banyak soal yang dihadapi konservasi mini tersebut. Bila mampir ke sana, kawasan wisata alam Balikpapan ini juga perlu perawatan serius pada fasilitas pendukungnya, seperti titihan jembatan yang bolong di beberapa titik juga kusam hingga pagar keliling yang rusak di beberapa sudut.

Regenerasi bakau agaknya perlu menjadi pekerjaan rumah. Banyak pohon mati dan mudah ditemui kantung-kantung terkesan gersang. Persoalan yang perlu diselesaikan lewat sentuhan pemerintah setempat.

"Kalau pohon mati itu karena tidak cocok satu sama lain. Ada akar pohon yang justru merusak yang lain," kata Endang Wati, guru kimia sekolah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com